Pemkab Flotim Gelar Festival Lewokluok Koke Bale

Flores Timurdibaca 395 kali

Larantuka, RNC – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Flores Timur (Flotim) menggelar Festival Lewokluok Koke Bale di Desa Lewokluok, Kecamatan Demon Pagong. Festival itu dibagi dua, yakni Festival Lewokluok Koke Bale dan Ritual Adat Koke Bale. Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Flotim, Petrus Pemang Liku, S.Sos, MT, kepada RakyatNTT.com via telepon selulernya, Sabtu (16/7/2022), mengatakan kegiatan ini adalah upaya pemerintah untuk mempromosikan obyek wisata di daerah itu.

Lewokluok merupakan desa wisata budaya, dan pada ajang API Award 2021 lalu, keluar sebagai Juara I Terbaik Terpopuler dalam kategori Kampung Adat. Sehingga tahun ini Pemkab Flotim melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan coba memperkenalkan budaya Lewokluok dengan Festival Lewokluok Koke Bale. Dikatakan Petrus, Festival Lewokluok Koke Bale (rumah adat), berlangsung dari tanggal 16 – 18 Juli 2022.

Hari pertama festival ini dilaksanakan kegiatan berburu tradisional (Preha). Sebelum kegiatan berburu dimulai, dilakukan seremonial adat pada rumah suku/orang tertentu yang sudah dipercayakan secara turun temurun, untuk membakar telur (Tuno Teluk). Tuno teluk menggunakan telur ayam kampung yang disediakan panitia dan dibawa ke rumah tersebut. Keesokan harinya, sebelum kegiatan berburu tradisional dimulai, ada proses pembagian tugas/peran termasuk pemberian makanan untuk hewan pemburu (anjing), penentuan pemanah/eksekutor hewan buruan, pemandu tim berburu, kelompok suku penjaga wilayah teritorial.
Setelah itu, para pemburu termasuk pelaku tuno teluk, akan berburu sesuai arah telur yang telah dibakar. Begitu perburuan selesai, tim dan hasil buruan berupa babi atau rusa akan dibawa pulang kembali ke rumah pelaku tuno teluk. Kemudian dilaksanakan seremonial adat pulang berburu.

“Ada seremonial adat pulang berburu Fu (buruan babi/rusa); ritualnya ad/Paha Meda Mera. Dimana, pahanya diikat ilalang pada kaki dan muka/mulutnya; hati buruan itu diambil lalu dibagi ke semua orang yang ada. Kemudian diambil daun, dibentuk menjadi bulat, lalu orang – orang diminta meludahi daun tersebut. Setelah itu, daun tersebut dibungkus dan ditelungkupkan ke atas kayu yang sudah ditancapkan di tanah. Kemudian dimulai proses pembagian berdasarkan siapa pemanah pertama, dan anjing berburu yang duluan menangkap hasil. Sisa hasil buruan itu kemudian akan diolah untuk dikonsumsi oleh seluruh masyarakat,” papar Petrus.

Baca Juga:  Belajar Nilai-nilai Moral Kehidupan dari Komoy

Dikatakannya, hari kedua festival diawali seremonial adat, Tarian Gawe Alo dan Tarian Tena Mao. Tarian Gawe Alo, terang Petrus, membutuhkan seratus bambu lalu dimainkan sekira 200 orang. Dalam Tarian Gawe Alo, biasanya menggunakan dua bambu yang dipegang pada masing – masing ujungnya. Para penari berpasangan kemudian menari, dan melompati bambu yang hentakannya mengikuti irama gong dan gendang. Tarian ini merupakan tarian untuk penjemputan tamu atau perayaan pesta.

Sedangkan Tena Mao dikemas dalam dua versi; yakni Teater Tena Mao dan Tarian Tena Mao. Tarian Tena Mau mengisahkan asal usul suku – suku yang mendiami Desa Lewokluok. Selain tarian, ada pula pertunjukan musik tradisional yang dimainkan sanggar musik di Lewokluok. Acara ini dibawakan perwakilan dari tiga desa; yaitu Desa Watotika Ile, Blepanawa dan Bama.

Hari ketiga festival ini, ada Fashion Show Etnik Lewokluok, Puin Dore Nulun (mengikat sama sesuai dengan yang sebelumnya), permainan tradisional, Le’o (panah tradisional) dan Tubak Gala (Lempar Lembing), serta Tutu Koda. Tutu Koda atau story Telling, jelas Petrus, menekankan pada aspek menceritakan adat istiadat masyarakat Desa Lewokluok dalam konteks tata perkawinan yang menganut sistem tiga tungku.

Hal ini bertujuan mengedukasi generasi muda, bahwa secara adat konteks perkawinan tiga tungku harus terus dipelihara. Selain Tuto Koda dalam konteks perkawinan, para sesepuh juga menceritakan asal mula kampung dan Koke Bale itu sendiri. Dikatakan Petrus, Ritual Adat Koke Bale berlangsung 19 – 21 Juli 2022.

Hari pertama ritual adat ini dimulai dengan Tuhuk Kelewon (Penutupan Bumbungan Atap Utama Koke Bale). Hari kedua digelar Ritual Belo Nowok Doto Dulat yang merupakan puncak Ritual Koke Bale. Ada penyembelihan hewan kurban dan pemberian kekuatan baru bagi masyarakat adat Lewokluok. Sedangkan hari ketiga digelar Ritual Gol’e. Dikatakan Petrus, Gol’e itu lebih kepada kegiatan makan bersama.

Baca Juga:  Belajar Nilai-nilai Moral Kehidupan dari Komoy

“Makan bersama ini, hewan yang disembelih kemarin dimasak pada hari ketiga, yakni Golen Tadi. Daging itu lalu dibawa ke Koke Bale untuk dimakan bersama masyarakat maupun pengunjung yang hadir,” sebutnya Petrus seraya menambahkan, dari aspek Ritual Koke Bale, Dinas Pariwisata Flotim akan terus berupaya memajukan serta mempromosikan kebudayaan di Kabupaten Flores Timur. (rnc27)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *