Potret Anak NTT Berprestasi, “Beta Bisa Karena Fransiscus Go”

Pendidikandibaca 141 kali

Jakarta, RNC – Upaya Fransiscus Go yang mencurahkan perhatiannya bagi kemajuan pendidikan anak-anak NTT, patut diacungi jempol. Bagaimana tidak, ada sejumlah anak NTT yang tidak mampu melanjutkan pendidikannya ke jenjang universitas, dibantu bahkan kini menjadi karyawannya di perusahaan yang dipimpinnya. Adalah Antonius Ama Kamore (27) yang akrab dipanggil Anton. Dia merupakan siswa berprestasi dari SMA Kristen 01 Kalabahi. Sejak Kelas 1-3 SMA, ia meraih juara umum berturut-turut selama tiga tahun. Meskipun jadi siswa berprestasi, Anton sempat putus asa karena tidak bisa melanjutkan kuliah. Bapaknya meninggal saat ia Kelas 2 SMP, lalu ibunya harus membiayai lima anak seorang diri. “Komite Sekolah Pak Boni Gorangmau menemui saya. Dia bilang, sayang sekali kalau kamu dari kelas satu sampai kelas tiga, dan kamu juara umum terus, tapi kamu tidak kuliah. Sangat disayangkan,” tutur anak sulung dari lima bersaudara itu, saat ditemui di “Cafe Kendal” Jumat, (16/2/2024). Pak Boni, lanjutnya, kemudian mencari donatur. “Pak Fransiscus Go bersedia memberi beasiswa,” tambahnya.

Diungkapkan Anton, Boni Gorangmau lalu mengantarnya ke Jakarta. Anton mendaftar kuliah jurusan Akuntansi di Universitas Esa Unggul, tahun 2017. Anton menjadi anak asuh dan tinggal di rumah Fransiscus Go. Sosok pemerhati pendidikan tersebut menjadi mentor langsung bagi Anton. Selain kuliah, ia juga mengembangkan diri sembari bekerja sebagai staf purchasing di Sayur Kendal. Dengan gaji yang ia peroleh, Anton bisa mengirim uang untuk membantu orang-tuanya di Alor. Anton tidak menyia-nyiakan kesempatan langka yang ia dapatkan. Pemuda yang hobi menyanyi dan bermain sepak bola ini, menjadi mahasiswa berprestasi saat lulus. Ia meraih IPK 3,84 di tahun 2021. “Cita-cita saya setelah kembali ke Alor, menjadi bupati Alor. Saya ingin memajukan daerah. Saya ingin semua anak punya semangat dan memotivasi mereka agar bisa melanjutkan pendidikan, meskipun memiliki keterbatasan ekonomi. Beta bisa karena Bapak Fransiscus Go,” jelas Anton.

Tidak hanya berprestasi dalam bidang akademik, ia juga mengembangkan soft skill. Anton pernah menjadi narasumber acara Kominfo untuk kegiatan literasi digital. Saat ini, ia masih ingin mendapatkan pengalaman sebanyak-banyaknya, sebelum nanti ia kembali ke Alor. Tidak berhenti di Anton, Fransiscus Go terus memperhatikan pendidikan anak-anak berprestasi dari Alor lainnya. Ada Jemmi dan Adri Chris Nico Ouw yang juga menjadi anak asuh Fransiscus Go dari Alor.

Seperti halnya Anton, Adri (19) juga mendapatkan kesempatan bekerja dan membantu perekonomian keluarga. Dengan penghasilannya, anak kedua dari lima bersaudara ini, juga memiliki mimpi besar. “Setidaknya saya ingin menjadi pemimpin yang membawa perubahan,” ucap Adri. Ia ingin mewujudkan harapan Komite Sekolah yang juga berjasa mempertemukannya dengan Fransiscus Go. Boni Gorangmau sendiri berharap, ada anak-anak Alor yang menjadi menteri atau bekerja di pemerintahan pusat. Menurutnya, anak-anak Alor yang berhasil menjadi pemimpin, bisa lebih memperhatikan daerahnya.

Harapan yang sama juga dilecutkan Fransiscus Go. Ketua Bidang Kamajaya Business Club (KBC) ini terus memotivasi setiap siswa berprestasi dari NTT, untuk melanjutkan kuliah di Pulau Jawa. Bahkan, Fransiscus Go telah memberikan beasiswa lebih dari 200 mahasiswa di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Fransiscus Go dengan ringan tangan, membantu pendidikan mahasiswa berprestasi dari berbagai daerah di Indonesia, bukan saja dari NTT. Ia yakin, pendidikan akan mengubah nasib seseorang, termasuk orang-orang di sekitarnya. “Dengan pendidikan, seseorang akan mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik,” ujar Fransiscus Go.

Dikatakannya, salah satu kendala pendidikan di NTT adalah, antara sekolah dan tempat tinggal anak-anak, sangat jauh. Pilihan yang mereka miliki adalah kos atau menambah biaya untuk transportasi setiap hari. Tentu kedua pilihan itu sama sulitnya bagi masyarakat NTT, yang ekonominya belum memadai. “Jika jarak sekolah jauh dari tempat tinggal anak-anak, ada tiga metode yang bisa diterapkan. Bangun sekolah dengan fasilitas asrama, cari orang tua asuh, atau kirim siswa berprestasi ke Jawa untuk kuliah,” sebut Fransiscus Go.

CEO GMT Institute ini mengungkapkan, tidak sulit untuk mencari orang tua asuh. Banyak orang yang bersedia menjadi orang tua asuh. Setiap bertemu dengan orang NTT atau berkunjung ke sekolah-sekolah, Fransiscus Go terus mencari siswa berprestasi yang berkeinginan melanjutkan pendidikan tinggi. Salah satu buktinya, ketika ia berkunjung ke Kabupaten Sumba Barat Daya. “Kamu semuanya anak SMK Kelas 3, ada yang memilih Atma Jaya Yogyakarta, saya kasih beasiswa,” ucap Fransiscus Go ke siswa SMK Kasimo di Sumba Barat Daya.

Menurut pengusaha asal Timor Tengah Utara (TTU) yang sukses berkarier di Jakarta itu, upaya meningkatkan pendidikan adalah kerja besar yang bisa dimulai dari hal kecil, yaitu kepedulian. Rasa peduli pada pendidikan yang telah dimulai Fransiscus Go, menjadi teladan bagi siapa pun, utamanya masyarakat NTT. Anak-anak NTT hanya memerlukan kesempatan untuk menunjukkan talenta terbaiknya, seperti halnya Anton. “Jika setiap anak memperoleh kesempatan pendidikan dengan kualitas terbaik, tidak akan ada lagi daerah miskin dan tertinggal. Cita-cita Indonesia menjadi negara maju dan makmur pun bukanlah angan-angan semata. Mari katong baku jaga!” pungkas Fransiscus Go. (*/robert kadang)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *