Anggota Dewan Kesal, Dirut Perumda Bersikukuh

Manggaraidibaca 212 kali

Manggarai, RNC- Buntut dari rekaman minta jatah yang ramai diberitakan, DPRD Kabupaten Manggarai menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Dirut Perumda Tirta Komodo, Marselus Sudirman, Senin (24/1/2022). Rapat tersebut dipimpin Wakil Ketua II DPRD Manggarai, Simprosa R. Gandut.

Sejumlah anggota dewan meminta Marselus Sudirman mengungkap, siapa anggota DPRD yang meminta jatah tersebut? Saat diberikan kesempatan untuk klarifikasi, Marselus mengakui suara dalam rekaman tersebut benar adalah suaranya.

Ia kemudian meminta maaf kepada berbagai pihak, yang tersinggung akibat perkataannya dalam rekaman itu. Secara detail Marselus menjelaskan, perkataannya itu bukan untuk konteks saat ini, melainkan terjadi pada masa sebelumnya.

“Dipembicaraan itu, saya katakan ada history. History itu tidak hanya terjadi sekarang, tapi yang terjadi kemarin – kemarin itu,” ungkapnya. Menanggapi penjelasan Marselus tersebut, sejumlah anggota dewan mengacungkan tangan untuk menyampaikan interupsi.

Adalah Paulus Jemarus dari Fraksi Hanura. Ia menerima permintaan Marselus sebagai pribadi, tapi tidak dalam kapasitas sebagai lembaga dewan. “Ada satu yang membuat saya tidak menerima permohonan bapak, karena PIN yang melekat di dada kiri saya, sebagai representasi masyarakat, dan juga sebagai kekuatan undang – undang yang diberikan kepada saya,” kata Paulus.

Paulus menandaskan, tidak cukup posisi Marselus Sudirman untuk menginjak martabat lembaga dewan. Dia bahkan tidak menerima, jika DPRD Manggarai direndahkan oleh orang sekelas Marselus Sudirman. Kedudukan DPRD, kata dia, adalah lembaga tinggi negara yang artinya sejajar dengan bupati.

Legislator asal Rahong Utara itu membeberkan, ia sedikit mengenal sosok Marselus Sudirman. “Mestinya kita hidup saling menghormati, satu sama lain. Namun semakin jauh saya mengenal Pak Marsel, justru semakin saya mendapatkan pengetahuan untuk tidak mampu menghormati satu sama lain,” ujar Paulus.

Dia kemudian menyinggung perjalanan politik pilkada 2020 lalu. Pasalnya, dalam rekaman yang menggunakan bahasa Manggarai itu, Marselus mengatakan “toe one meu te rebokn” (kalian tak ikut dalam perjuangan). Paulus mengatakan, bupati dan wakil bupati dipilih oleh rakyat dari hasil politik.

“Kalau Paulus Jemarus dan teman – teman lain tidak kerja keras, bapak juga tidak menduduki posisi yang sama sebagai direktur sekarang. Maka dari itu, perlu juga bapak menghormati dan menghargai sesama. Kedua, bapak dititip oleh bpati, bapak juga dititip oleh wakil bupati, untuk mengelola PDAM secara baik,” tegasnya sembari menyebutkan, seolah – olah DPR tidak punya marwah di hadapan sang direktur.

Saat kembali dipersilahkan untuk bicara, Dirut Marselus justru mengulang penjelasan yang sama. “Pernyataan saya dalam rekaman itu adalah bentuk ungkapan hati. Di mana, kejadian tersebut terjadi pada masa lampau, yang saya sebut sebagai history. Pernyataan tersebut untuk menjawab keluh kesah orang – orang yang datang melamar, bukan untuk menyinggung anggota dewan,” kilahnya.

Pernyataan Marselus itu kembali menuai interupsi. Ia diminta tidak bertele – tele, dan langsung menjawab pertanyaan siapa anggota DPRD yang meminta jatah? Mendapatkan desakan, Marselus bersikukuh membantah bahwa tidak ada anggota dewan yang datang menitip orang.

“Dengan tegas dan lugas saya sampaikan, sampai dengan saat ini, tidak ada orang yang datang menitip ini punya saya sekian orang. Sampai saat ini tidak ada dari bupati dan dari mana – mana, termasuk dari DPRD Pak, tidak ada. Saya kira itu yang saya sampaikan,” ketusnya didesak. Sidang pun berakhir tanpa melahirkan poin rekomendasi Beberapa anggota dewan tampak kesal karena merasa tidak puas dengan RDP tersebut. (rnc23)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *