Kupang, RNC – Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo mengatakan Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah contoh toleransi antarumat beragama bagi Indonesia. Hal ini disampaikan Kapolri saat mengunjungi Gereja Paroki St. Yoseph Naikoten, Kupang, Sabtu (3/4/2021).
“Provinsi NTT sangat baik dalam hal toleransi dengan menjadi contoh untuk provinsi yang lain agar mampu tetap menjaga kerukunan umat beragama dan keamanan bermasyarakat,” ujar Jenderal Listyo.
“Saya yakin NTT dengan keanekaragaman suku dan juga agama di sini akan terus menjaga kerukunan umat beragama, juga menguatkan kita sebagai bangsa yang besar dan punya nilai persatuan. Kita sangat bangga dengan itu,” ungkapnya.
Ia juga meyakini, terkait peristiwa ledakan bom di Makassar beberapa waktu lalu juga tidak mengganggu perayaan ibadah paskah di NTT dan juga tidak berpengaruh bagi kerukunan di NTT.
BACA JUGA: Selain Tinjau Vaksinasi, Kapolri Saksikan Langsung Donor Darah Konvalesen
“Terima kasih untuk pasukan Polri dan TNI yang sudah membantu menjaga keamanan di sini selama perayaan paskah yang juga masih berlangsung beberapa hari ke depan, dan juga pada Forkopimda serta FKUB dan terutama masyarakat yang tetap menjaga keamanan bagi kita semua di sini. Juga selamat paskah bagi umat kristiani di NTT dan seluruh Indonesia,” tambahnya.
Sementara itu, Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat memberikan apresiasi pada kunjungan Kapolri kali ini. “Kami sangat berterima kasih pada Bapak Kapolri karena kehadiran bapak di NTT ini bisa terus memberikan energi positif bagi kami untuk terus saling menjaga keamanan dalam interaksi sosial NTT,” ujar Gubernur.
“Kami di NTT ini toleransinya luar biasa dalam interaksi kami sehari-hari. Maka dari itu bisa dikatakan bahwa daerah ini menjadi penyangga persatuan dan kesatuan negara ini,” katanya.
Gubernur menuturkan, NTT adalah miniatur dari Indonesia. “Miniatur Indonesia itu ada NTT. Sukunya banyak, bahasanya banyak dan masyarakat dengan agama yang berbeda-beda ada di sini. Kami sudah terbiasa dengan perbedaan, baik itu suku dan agama dan kami justru bangga dengan perbedaan itu. Tidak ada orang yang bisa memahami persatuan sebelum ia menerima perbedaan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan,” katanya,” jelasnya. (*/rnc)