oleh

Ketika Jenderal Pramono Edhie Menolak Suap Rp 20 M

Jakarta, RNC – Jenderal Pramono Edhie Wibowo sejatinya tak anti pengusaha. Termasuk mereka yang bergerak di bidang pengadaan alat utama sistem kesenjataan (Alutsista) TNI. Hanya saja dia tidak rela bila para pengusaha itu mengambil keuntungan jauh berlipat sehingga memberatkan keuangan negara.

Karena itu sejak menjadi KSAD, Jenderal Pramono Edhie selalu melakukan cek ulang tentang harga-harga alutsista yang ditawarkan para broker. Bila aksi ambil untung dinilai keterlaluan ia tak segan memutusnya.

BACA JUGA: Dipimpin KSAD, Pemakaman Pramono Edhie Wibowo secara Militer

“Salah satu contohnya dalam kasus pembelian tank Leopard,” kata Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Moestopo Prof Rajab Ritonga kepada detik.com melalui telepon, Minggu pagi (14/6/2020).

Tak cuma itu. Jenderal Pramono juga pernah menolak iming komisi atau suap pengadaan teropong 5.000 teropong Trijicon. Teropong buatan Amerika Serikat itu akan digunakan untuk melengkapi senapan serbu SS1 buatan Pindad.

“Bayangkan, harga teropong yang ditawarkan Rp 30 juta, padahal dari pabriknya cuma Rp 9 juta,” kata Rajab.

Ia memaparkan kisah pengadaan teropong itu dalam bukunya, “Pramono Edhie Wibowo: Cetak Biru Indonesia ke Depan”. Merasa aneh dengan tawaran itu, tulis Rajab, Pramono meminta stafnya mencari tahu soal harga teropong di pasar bebas. Dia mendapat laporan harganya Rp 19 juta. Tak puas dia lalu mengutus perwiranya ke AS. Ternyata harga dari pabriknya cuma Rp 9 juta per unit.

Hanya saja pihak pabrik menolak menjual langsung ke TNI-AD. Alasannya sudah terikat kontrak dengan broker di Singapura. Si broker lantai menawarkan harga menjadi Rp 24 juta per unit, dengan iming-iming Rp 4 juta diantaranya untuk Jenderal Pramono Edhie.

“Dengan nilai-nilai kejujuran yang dipegangnya, Jenderal Pramono Edhie menampik peluang komisi Rp 20 miliar tersebut,” kata Rajab yang pernah menjadi wartawan Antara untuk peliputan di lingkungan TNI dan istana.

Selain jujur, Pramono Edhie juga dikenal hidup sederhana. Ketika menikahkan anak perempuannya, saat itu dia menjabat KSAD, dia tidak menggelar pesta. “Beliau juga biasa bepergian naik pesawat di kelas ekonomi,” kata Rajab.

BACA JUGA: Pramono Edhie Wibowo Meninggal, Partai Demokrat NTT Ikut Berduka

Pramono Edhie Wibowo pensiun pada 2013, dan kemudian terjun ke dunia politik. Pramono menjadi salah satu peserta konvensi calon presiden yang diadakan Partai Demokrat. Pramono Edhie berpulang pada Sabtu malam (13/6/2020) di RS Cimacan karena sakit Jantung. Adik ipar mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu dimakamkan di TMP Kalibata, berdampingan dengan makam sang kakak, Ani Yudhoyono, siang tadi. (detikcom/rnc)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *