Pendampingan BADUTA STUNTING di Kelurahan Lasiana, PUSKESMAS Oesapa, Kota Kupang

Kota Kupangdibaca 16 kali

Oleh : REGINA M. BORO, T. HASAN, M. KLAU & A. J. PENI, SST

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar (nilai z-scorenya kurang dari -2.0 SD/standar deviasi stunted dan kurang dari -3.0. SD severely stunted). Stunting disebabkan oleh multi faktor seperti praktek pengasuhan yang tidak baik kurangnya akses ke bahan makanan yang baik, terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ante natal care (ANC), post natal care (PNC) seperti pemberian colostrums dan ASI eksklusif serta kurangnya akses ke air bersih.

Stunting pada balita memiliki dampak serius bagi masa depan anak tersebut. Dampak jangka pendek dapat berupa gangguan perkembangan otak, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan perkembangan motorik pada bayi. Sedangkan efek jangka panjang berupa tingkat kecerdasan rendah, prestasi belajar yang rendah, produktivitas kerja yang menurun dan rentan terhadap penyakit – penyakit degenerative.

Stunting dapat dicegah dengan intervensi gizi selama seribu hari pertama kehidupan (1000HPK) yang meliputi kehamilan 270 hari, 0 – 6 bulan (180 hari) 6 bulan – 2 tahun 550 hari). Pada periode kehamilan intervensi gizi yang harus dilakukan adalah suplementasi Fe, asam folat, asupan zat gizi makro dan mikro yang optimal untuk kesehatan ibu dan pertumbuhan janin. Pada periode 0-6 bulan pemberian ASI eksklusif dan pemberian colostrum merupakan faktor penting dalam mencegah terjadinya stunting pada anak. Untuk mendukung pemberian ASI eksklusif diawali dengan inisiasi menyusui dini (IMD).

Selanjutnya pada periode 6 bulan sampai 2 tahun faktor yang paling diperlukan adalah pemberian MP ASI yang sesuai umur anak. Makanan Pendamping ASI harus memenusi syarat dari segi bentuk, jumlah dan frekuensinya. Pada periode ini usahakan ASI tetap diberikan. Bagi anak usia 6- 8 bulan, bentuk MP ASI yang diberikan berupa bubur lumat/saring diperkirakan kebutuhan energy pada anak usia 6-8 bualan adalah sebesar 200 kkal. Maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut harus diberikan sebanyak 2-3 kali setiap hari dengan 1-2 kali selingan. Jumlah setiap kali pemberian berkisar 2-3 sendok makan setiap kali makan.

Bagi bayi usia 9-11 bulan bentuk MP ASI nya berupa makanan cincang atau cacah. Perkiraan kebutuhan energy pada anak usia 9-11 bulan adalah 300 kkal. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut harus diberikan sebanyak 3-4 kali setiap hari dengan 1-2 kali selingan. Jumlah setiap kali pemberian berkisar ½-3/4 mangkok ukuran 250 ml setiap kali makan. Bagi balita usia 12-24 bulan bentuk MP ASI nya berupa makanan keluarga. Perkiraan kebutuhan energi pada anak usia 12-24 bulan adalah 550 kkal. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut harus diberikan sebanyak 3-4 kali setiap hari dengan 1-2 kali selingan. Jumlah setiap kali pemberian berkisar ¾-1 mangkok ukuran 250 ml setiap kali makan.

Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat membutuhkan asupan nutrisi yang lengkap sesuai usia anak. Zat gizi yang kita butuhkan berdasarkan sumbernya ada zat gizi sumber hewani dan dan zat gizi sumber nabati. Perbedaan mendasar pada kedua zat gizi ini adalah tingkat penyerapan kedua kelompok zat gizi tersebut di dalam tubuh balita. Zat gizi yang berasal dari hewani hampir 100% terserap sempurna oleh usus halus balita. Sedangkan zat gizi yang berasal dari nabati hanya sekitar 70-80% saja yang diserap. Hal ini disebabkan, karena dalam bahan pangan nabati banyak terdapat serat yang sulit dicerna oleh sistem pencernaan pada bayi. Oleh karena itu, dalam memberikan MP ASI pada balita diutamakan protein hewani. Protein hewani bisa diperoleh dari daging, ikan, telur dan susu.

Salah satu upaya untuk menekan laju peningkatan prevalensi stunting di Kota Kupang, terutama di wilayah kerja Puskesmas Oesapa, Kota Kupang, maka Ibu Regina Maria Boro, DCN., M.Kes, bersama Tim Dosen dan mahasiswa Prodi Gizi Poltekkes Kemenkes Kupang, melakukan kegiatan pengabdian masyarakat di Posyandi Falileo, Keluarahan Lasiana. Bentuk kegiatan yang dilakukan berupa edukasi gizi mencakup penyuluhan tentang : Bahaya Stunting, penyuluhan tentang konsep pemberian makanan Bayi dan Anak (PMBA) berbasis pangan local, dan demo masak PMBA sesuai dengan kelompok umur, serta demo masak PMBA berbasis ikan sebagai bahan pangan hewani tinggi protein. Adapun jenis produk yang didemo berupa “botok ikan” ; produk “botok ikan” yang dihasilkan diberikan pada anak yang datang dan sebagian besar anak baduta menyukai akan produk tersebut. Kegiatan yang bekerjasama dengan Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Oesapa ini, mendapat sambutan antusias dari kelompok ibu-ibu baduta. Mereka berharap kegiatan ini dilakukan secara berkelanjutan. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *