Seberangi Sungai Tiap Hari, Warga di Sikka Minta Bangun Jembatan Gantung

Sikkadibaca 150 kali

Maumere, RNC – Setiap hari warga Kampung Wairbou, Desa Nebe dan juga Dusun Wailoke, Desa Wailamun di Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT, harus melintasi Sungai Nangagete seluas sekitar 50 meter. Setiap hari juga warga dari 2 kampung yang terdiri atas 60 Kepala Keluarga (KK) ini harus menyeberangi sungai untuk menuju ke Dusun Belawuk, pusat Desa Nebe.

“Sejak dulu warga sudah meminta dibangunkan jembatan gantung agar orang sakit dan melahirkan bisa lebih mudah dibawa ke Dusun Belawuk dan bisa naik kendaraan. Tapi sampai sekarang juga tidak pernah ada jembatan itu,” ungkap Yosefus Polikarpus, salah satu warga Kampung Wairbou, saat ditemui di tepi Sungai Nangagete, pada Jumat (5/11/2021).

Yosef, begitu dia disapa mengatakan, setiap hari warga harus menyeberangi sungai menuju Dusun Belawuk di sebelah selatan Sungai Nangagete, sebab fasilitas Poliklinik Desa (Polindes) ada di dusun tersebut. Selain itu, bila harus naik kendaraan ke Puskesmas Watubaing di Desa Talibura, maka semuanya harus dari Jalan Negara Trans Flores Larantuka-Maumere yang berada di dusun itu juga.

“Jika ada urusan di Kantor Desa Nebe dan Pos Polisi, maka kita harus menyeberangi sungai juga. Jadi setiap hari kita harus menyeberangi sungai, termasuk untuk membeli berbagai perlengkapan rumah tangga dan menjual komoditi pertanian,” ujarnya.

Menurut Yosef, saat ketinggian air sungai meningkat di musim hujan ataupun terjadinya banjir di Sungai Nangagete, maka warga akan sangat kesulitan untuk mengevakuasi orang sakit dan ibu hamil yang hendak melahirkan.

Dengan demikian, warga harus menelepon mobil ambulance atau membawah pasien menggunakan mobil pick up melewati jalan rabat dan jalan tanah sejauh 3 Km, agar dapat menuju ke jalan raya. Sementara untuk warga yang bisa berenang maka saat ketinggian air sungai meningkat, mereka akan berenang melintasi sungai daripada harus berjalan kaki sejauh 3 Km lebih.

“Memang ada jalan rabat tapi masih sekitar 300 meter lebih yang belum dirabat, dan saat hujan sulit dilewati. Kalau ada jembatan gantung maka kita lebih cepat bawah pasien ke rumah sakit atau Puskesmas Watubaing,” harapnya.

Sementara itu, Donatus Ebang, warga Dusun Wailoke menyebutkan, setiap hari Minggu jika warga hendak ke Gereja maka pastinya akan berjalan kaki dari Dusun Wailoke menuju Kampung Wairbou, baru menyeberangi sungai menuju Dusun Belawuk.

Donatus menuturkan, meskipun harus berjalan kaki sejauh sekitar 1 Km Pergi Pulang (PP) namun hal ini harus mereka dilakukan. Sebab jarak tempuh menuju Dusun Belawuk lebih dekat ketimbang harus berjalan ke arah barat menuju jalan provinsi sejauh 3 Km lebih, dekat Jembatan Iyan Loeng.

“Tapi kalau sudah musim hujan dan Sungai Nangagete banjir maka warga terpaksa jalan kaki menuju jalan raya provinsi di dekat Jembatan Iyan Loeng sejauh 3 Km, baru bayar ojek untuk ke Gereja di Dusun Belawuk atau ke tempat lain,” terangnya.

Donatus menambahkan, jika ada warga yang mempunyai sepeda motor, tentu bisa lebih mudah untuk menuju  jalan provinsi meskipun harus ke arah barat baru kembali ke timur lagi. Namun diakuinya, kondisi jalannya pun rusak dan sangat licin saat datangnya hujan.

(rnc24)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *