Kupang, RNC – Dalam High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah Kota Kupang (TPID), Selasa (30/3/2021), Kepala Bank Indonesia Perwakilan NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja menyebutkan sejumah bahan makanan di NTT masih berasal dari luar NTT.
Berdasarkan hasil kajian KPw BI NTT tahun 2020 tentang pola perdagangan di Kota Kupang, diketahui bahwa pasokan beras dan bawang putih sangat bergantung provinsi lain, yakni Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
Dari data yang ditampilkan hampir 81 persen beras diimpor dari Jawa Timur yang mana hal ini, menurutnya memicu banyak uang yang keluar daerah sehingga ekonomi tidak banyak bergerak di dalam daerah. Terkait ini, saran yang disampaikan yaitu agar bagaimana pemerintah membangun sentra-sentra produksi di Kota Kupang ataupun di daerah penyangga sekitar.
BACA JUGA: Inflasi di Kota Kupang Masih Cukup Terkendali
Sementara itu, mayoritas pasokan daging ayam, bawang merah, cabai merah, dan cabai rawit dipasok dari lokal NTT. Meskipun demikian, barang-barang pendukung produksi daging ayam masih bergantung pada Jawa Timur yaitu bibit ayam (DOC). Hal ini menurutnya, menjadi dorongan bagi Pemkot apakah DOC bisa dilakukan di Kota Kupang.
Terhadap supply bawang putih dijelaskan murni diimpor dari Tiongkok yakni hampir 100%. Namun, menurut I Nyoman perlu mengubah pola seperti menggunakan bawang putih lokal dan juga membuka lahan-lahan pertanian bawang putih di daerah NTT.
Disampaikan, harga komoditas utama di Kota Kupang pada minggu keempat bulan Maret 2021 terpantau stabil. Komoditas cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah mengalami kenaikan harga dibandingkan minggu sebelumnya, didorong oleh kenaikan harga dari distributor serta permintaan yang meningkat. Untuk itu menurutnya perlu melakukan pemantauan pasokan dan memantau harga pasar menjelang bulan Ramadhan.
Beberapa rekomendasi pengendalian inflasi yang disampaikan Kepala BI perwakilan NTT yaitu keterjangkauan harga diantaranya melaksanakan pemantauan harga komoditas pokok, melaksanakan program sidak pasar dan Pasar murah menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), penjualan secara online komoditas pokok di pasar tradisional.
Selain itu, menjaga ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi termasuk di dalamnya melaksanakan kerja sama antar daerah, membangun komunikasi yang efektif yang dalam hal ini seperti melaksanakan program pengendalian inflasi berbasis masyarakat (mendorong masyarakat, lembaga keagamaan, serta TNI menanam hortikultura di pekarangan atau lahan kosong), perlunya perluasan data monitoring harga yang telah tersedia dengan data pasokan setiap komoditas dan publikasi data komoditas pokok secara periodik di media massa.
Dalam pertemuan ini pula, dari Bulog NTT dan Satgas Pangan NTT diketahui ketersediaan pasokan pangan di Kota Kupang sampai saat ini dan beberapa bulan ke depan masih cukup. Kepala Divre Bulog NTT, Asmal, memastikan ketersediaan beras, gula pasir dan minyak goreng stoknya masih mencukupi, bahkan untuk beras khusus di Bulog masih ada 19 rb ton beras untuk kebutuhan 4 sampai 5 bulan ke depan dan ini belum termasuk stok yang ada di pedagang dan di masyarakat.
Menurutnya, yang perlu dijaga adalah distribusinya termasuk komoditas hasil pangan yang perlu diawasi sehingga tidak ada penimbunan. Sementara dari Satgas Pangan NTT menyampaikan dari hasil koordinasi dengan jajaran polres hingga saat ini belum ditemukan adanya penimbunan sembako. Hal ini pula dipastikan oleh Kadis Perindag Kota Kupang, setelah mengadakan pengecekan pada distributor sembako seperti Sumber Cipta, Panca Sakti dan Citra Lestari, ketersediaan stok sembako melampaui bulan Ramadhan dan harga-harga komoditas di pasar-pasar besar di Kota Kupang cenderung stabil.
BACA JUGA: Si Mandataris, Aplikasi yang akan Siapkan Data Akurat tentang NTT
Menyikapi informasi-informasi tersebut, Wali Kota Kupang, Dr. Jefri Riwu Kore menyimpulkan kesediaan pangan di Kota Kupang untuk beberapa bulan ke depan dinilai mencukupi namun menurutnya penting untuk menjaga keseimbangan inflasi sehingga supply dan demand juga seimbang.
Wali Kota meminta kepada PD. Pasar untuk selalu melakukan pengecekan perkembangan harga-harga komoditas di pasar. Terkait dengan barang-barang pendukung produksi daging ayam yang masih bergantung dari Jawa Timur yaitu bibit ayam (DOC), Wali Kota menilai hal ini sebagai suatu peluang usaha untuk menstabilkan harga yang perlu dipertimbangkan oleh Pemkot dengan membangun kerja sama dengan PT. Sasando Baru.
“Pengadaan DOC suatu peluang besar. Tanah kita punya, perlu pengadaan mesin-mesin termasuk juga apabila bisa sampai pada pengolahan pakan ini luar biasa. Peluang usaha ini akan didiskusikan nantinya dengan PT. Sasando Baru. Jika memungkinkan, akan dikelola secara profesional,” imbuh Wali Kota.
(*/pkp/rnc)