Gereja Ikut Berperan Jaga Kesehatan Ibu dan Anak

Kota Kupangdibaca 396 kali

Kupang, RNC – Sidang Sinode GMIT XXXIV, Rabu (16/10/2019) mengagendakan lokakarya dengan tema KDRT, Perdagangan Orang dan Kesehatan. Lokakarya ini berlangsung di GMIT Alfa Omega Labat. Tampil sebagai narasumber adalah dr. Teda Littik.

Dalam pemaparannya, dr. Teda mengatakan kemerosotan moral di NTT meningkat. Ini sangat disayangkan. Kepedulian terhadap sesama semakin menurun. Namun gereja harus tetap berdiri sebagai pembawa solusi.

Terkait kesehatan reproduksi, dr. Teda mengatakan setiap orang berhak mempunyai keturunan. Itulah tujuan sistem reproduksi termasuk juga hak untuk tidak memperoleh keturunan atau dia tidak mau menikah dan tidak mau punya anak. Pemahaman sistem reproduksi yaitu adanya hak setiap orang mendapat pelayanan kesehatan seputar sistem reproduksi. Oleh karena itu, pemerintah menyediakan pustu pelayanan dan juga bidan.

Ia menyebutkan, terdapat sembilan ruang lingkup pelayanan kesehatan repoduksi menurut International Conference Population and Development (ICPD) tahun 1994 di Kairo, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, pencegahan dan penanganan infeksi menular seksual termasuk HIV & AIDS, kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan penanganan komplikasi aborsi, pencegahan dan penanganan infertilitas, kesehatan reproduksi usia lanjut, deteksi dini kanker saluran reproduksi, kesehatan reproduksi lainnya seperti kekerasan seksual, sunat perempuan dan sebagainya.

dr. Teda juga menjelaskan tentang kematian ibu dan anak. Menurutnya, penyebab kematian ibu antara lain perdarahan saat persalinan, sepsis atau infeksi ke otak, dan kejang akibat hipertensi.

Sementara penyebab kematian bayi yakni sesak napas atau tidak bisa bernapas, sepsis (panas tinggi sehingga infeksi ke otak), dan berat badan lahir rendah. Berat normal yaitu 2,5 kg. “Kalau kurang dari itu berarti tidak normal. Kenapa kurang? Di NTT kebanyakan ibu-ibu kurang darah saat melahirkan. Bisa disebabkan oleh stunting, kekurangan gizi oleh sang ibu yang berakibat ke anak yang lahir,” ujarnya.

Terkait peran gereja, ia menjelaskan kebanyakan ibu-ibu setelah melahirkan agak terganggu kesehatannya. Butuh dukungan suami dan keluarga. Ditambah dengan HIV yang terjadi di Kota Kupang. Diingatkan khusus kepada anak muda untuk berusaha sebaik mungkin menghindari hal-hal yang bersangkutan dengan HIV dan AIDS. “Peran gereja, perlu pemberdayaan atau pelatihan untuk remaja di gereja-gereja seperti konselor, ada penyuluhan, jelaskan pada remaja perilaku seksual yang beresiko bagi mereka sendiri,” jelas Teda. (rnc07)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *