Tekan Laju Inflasi Jelang Nataru, Dewan Minta Pemkot Intensif Pantau Harga Pasar

Kupang, RNC – Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) harga-harga barang, khususnya sembako cenderung meningkat. Ini memicu meningkatnya laju inflasi di Kota Kupang.

Terkait hal ini, anggota Komisi II DPRD Kota Kupang, Benyamin Otnial Selan yang dikonfirmasi RakyatNTT.com, Sabtu (30/11), menjelaskan fenomena laju inflasi meningkat di akhir tahun perlu disikapi secara serius oleh Pemerintah Kota Kupang. Pasalnya, hal ini berpengaruh terhadap daya beli masyarakat, khususnya masyarakat kecil.

Setiap menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru, kata Benny-sapaan karib Plt. Ketua DPD Partai Perindo Kota Kupang ini, harga-harga barang cenderung naik, khususnya sembako. Fenomena ini selalu berulang setiap tahun. Padahal, di hari-hari biasa laju inflasi cenderung stabil, bahkan terjadi deflasi.

Terkait hal ini, Benny meminta Pemkot Kupang untuk terjun langsung dengan melakukan sidak di pasar-pasar untuk mengecek pasokan barang. Pasalnya, Kota Kupang selama ini hanya menjadi pasar, sedangkan semua jenis sembako didatangkan dari luar. Oleh karena itu, biasanya terjadi penimbunan.

“Tidak hanya sidak ke pasar, tapi juga sidak ke gudang-gudang dan juga distributor, sehingga meminimalisir permainan harga yang nantinya merugikan pedagang kecil dan juga masyarakat kecil,” kata Benny.

Ia juga meminta Pemkot Kupang terus berkoordinasi dengan Bulog untuk memastikan stok beras menjelang Nataru cukup dan stabil. Pasalnya, salah satu persoalan di NTT adalah macetnya distribusi sembako lantaran terjadi cuaca buruk.

“Hal ini juga perlu diantisipasi lebih dini, sebab Kota Kupang hanya mengharapkan beras dari luar daerah. Oleh karena itu, pastikan stok selalu ada dan cukup dengan selalu berkoordinasi dengan Bulog,” jelas Benny.

Hal lain, menurut Benny, dalam jangka Panjang, Pemkot perlu memikirkan agar daerah-daerah pinggiran yang memiliki lahan yang luas dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian. Ia optimis jika Kota Kupang memiliki lahan yang cukup untuk pengembangan pertanian, khususnya hortikultura. Dengan demikian, ini bisa mengurangi defisit pangan.

“Ke depan kita harus berani membuka lahan-lahan pertanian. Kita punya lahan cukup luas di kelurahan-kelurahan seperti Fatukoa, Naioni, Naimata, Alak, Penkase dan lain-lain. Paling tidak tanaman hortikultura bisa kita kembangkan sehingga mengurangi pasokan dari luar,” jelas Benny.

Sebelumnya, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, Agus Sistyo Widjayati mengatakan bahwa Kota Kupang saat ini sangat tergantung pada pasokan beras dari luar NTT. Kebutuhannya mencapai 12,55 ribu ton beras per triwulan. Salah satu sebabnya adalah penurunan luas lahan pertanian. Tren penurunan ini terjadi di berbagai wilayah NTT dan Bali-Nusa Tenggara, mengharuskan membangun strategi jangka panjang untuk ketahanan pangan.

Ia menambahkan untuk menjaga stabilitas harga dan mendukung ketahanan pangan, KPw BI Provinsi NTT menginisiasi sejumlah program pengendalian inflasi. Di antaranya adalah Program PUSPA, sebuah Pusat Pangan yang diharapkan mampu menghubungkan petani lokal dengan pasar, sehingga ketersediaan pangan terjangkau dapat terus terjaga. Selain itu, Program PANGLING atau Pangan Murah Keliling siap diluncurkan, dengan dukungan armada truk untuk mendistribusikan pangan murah ke berbagai area di Kota Kupang.

BI Provinsi NTT bersama Pemerintah Kota Kupang juga telah melakukan Operasi Pasar Murah secara berkala guna menstabilkan harga komoditas pangan pokok. Program ini dinilai efektif dalam menjaga daya beli masyarakat dan mengurangi tekanan inflasi terutama pada komoditas-komoditas yang sering mengalami fluktuasi harga. (*/rnc)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *