Kerja Sama dengan Pemdes, Solideo Farm Ikut Perangi Stunting di Sikka

Sikkadibaca 235 kali

Maumere, RNC – Solideo Farm merupakan salah satu pusat peternakan ayam kampung unggulan Balai Penelitian Ternak (Balitnak), yang berlokasi di Kloangbolat, Desa Geliting, Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka.

Sebagai sebuah pusat peternakan ayam kampung, Solideo Farm berkomitmen menjalankan misi kemanusiaan bersama Pemerintah dan masyarakat demi mengatasi stunting di wilayah Kabupaten Sikka.

Onwer Solideo Farm, Damianus Rofinus Sere Muda kepada media ini mengatakan, ia merasa bangga sebab diberikan kepercayaan oleh beberapa desa di Kabupaten Sikka untuk menangani anak-anak penderita stunting di masing-masing desa tersebut.

Selain stunting, dia juga diberi kepercayaan untuk menanggulangi penderita gizi buruk, gizi kurang, dan ibu hamil kurang energi kronik (bumil kek) melalui daging dan telur ayam kampung hasil produksi dari Solideo Farm. “Ini kebanggaan yang luar biasa bagi saya. Jadi ketika diberikan kepercayaan ini, saya harus bisa membuktikan itu,” jelas Rofin, Rabu (29/9/2021) kemarin.

Anak pertama dari pasangan Pius Tata Muda dan Lusia Ema Kwuta ini pun menceritakan bahwa sejak tahun 2019 lalu, dirinya sudah mulai bekerja sama untuk mendistribusikan daging dan telur ayam kampung ke beberapa desa di wilayah Kecamatan Hewokloang.

Tawaran untuk kerja sama tersebut pertama kali muncul dari Desa Kajowair dan berlanjut ke Desa Hewokloang, Wolomapa, Munerana maupun Baomekot. Peluang itu pun, akhirnya disambut dengan baik oleh dirinya.

Rofin kemudian mulai menyuplai daging dan telur ayam kampung selama tiga bulan kepada desa-desa itu agar dapat dikonsumsi oleh anak-anak penderita stunting, gizi buruk, gizi kurang maupun bumil kek. “Jadi untuk telur ayam akan dikonsumsi sebanyak satu butir setiap harinya. Sementara untuk daging ayam, dikonsumsi sebanyak tiga kali dalam seminggu yakni, pada hari Senin, Rabu dan Jumat,” katanya.

Penyaluran telur dilakukan seminggu sekali demi menjaga kualitas proteinnya agar tetap hidup. Sebab menurut suami dari Maria Immaculata Herliana ini, di dalam telur terdapat kandungan protein, lemak serta sedikit karbohidrat. Protein itu sangat dibutuhkan termasuk lemak baik yang ada di dalam telur itu serta hidup selama 14 hari. Setelah itu protein tersebut akan mati.

Tak hanya itu, dia juga memastikan bahwa kualitas telur ayam kampung dari Solideo Farm tidak akan ada sistem droping lepas. Melalui program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang sudah dilakukan dua tahun berturut-turut belakangan ini, Rofin pun akhirnya berhasil dan mampu menanggulangi stunting, gizi buruk, gizi kurang maupun bumil kek di beberapa desa itu. “Anak-anak stunting setelah makan telur dan daging ayam, menunjukkan perubahan yang baik. Ketika rembuk stunting di Kecamatan Hewokloang, beberapa Kepala Desa juga menyampaikan bahwa ada banyak perubahan pada anak-anak stunting setelah makan telor dan daging ayam kampung,” beber ayah dari Kirana dan Jeslin ini.

“Saya bangga ketika banyak anak yang tertolong dan terjadi penurunan angka stunting secara drastis di beberapa desa itu. Ini kepuasan tersendiri buat saya. Walaupun untung sedikit, tetapi yang terpenting sesuai misi kami untuk selamatkan anak manusia,” ujarnya.

Dari pengalamannya selama dua tahun berturut-turut dan sudah memasuki tahun yang ketiga ini, Rofin berkomitmen untuk tetap melayani dengan sebaik mungkin terhadap permintaan dari desa-desa yang sudah menjalin kerja sama dengan pihaknya.

Termasuk dengan Desa Ian Tena, Kecamatan Kewapante, yang beberapa waktu lalu baru saja menjalin kerja sama dengan Solideo Farm, melalui peluncuran program “Pang Gizi”.

Dirinya juga berjanji akan turun langsung untuk memback up semua kegiatan penanganan stunting di beberapa desa tersebut, sebanyak dua sampai tiga kali dalam seminggu.

“Ini kebanggaan yang luar biasa bagi saya. Meskipun saya rugi secara bisnis, tetapi yang terpenting sesuai misi kami yaitu misi kemanusiaan, dan bersama-sama kita menggempur stunting itu sendiri,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Desa Kajowair, Kecamatan Hewokloang, Silvester Moa mengungkapkan, pihaknya mulai melakukan kerja sama dengan Solideo Farm sejak tahun 2019 lalu.

“Kerja sama dengan Solideo Farm ini sangat menarik, karena kita diwajibkan memasok daging dan telor ayam kampung untuk stunting tapi kami sangat kekurangan dan sulit untuk mendapatkannya. Sehingga kami bertemu dan bercerita dengan Rofin Muda dan mulai melakukan kerja sama sejak tahun 2019 sampai saat ini,” terangnya.

Sebagai desa pertama di Kabupaten Sikka yang bekerja sama dengan Solideo Farm, pihaknya mulai melakukan penanggulangan stunting pada tahun 2019 dengan waktu selama satu bulan.

Dimana, dilakukan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa daging dan telor ayam kampung kepada anak penderita sunting dibawah usia dua tahun, penanggulangan gizi kurang diatas dua hingga lima tahun, juga terhadap ibu hamil baik yang bereziko maupun tidak sebanyak 64 orang. Dengan menggunakan anggaran melalui Dana Desa sekitar Rp.30.000.000.

Silvester menambahkan, di tahun 2020, kegiatan penanggulangan stunting itu tetap dilakukan lagi selama tiga bulan, meskipun sebagian anggaran Dana Desa dipotong untuk penanggulangan COVID-19.

“Jadi, di tahun 2020 dilanjutkan lagi selama tiga bulan dan terjadi penurunan angka stunting, dari 64 menjadi 32 orang. Sedangkan tahun 2021, turun lagi dari 32 menjadi 12 orang,” paparnya.

Lanjut Silvester, pada tahun 2021, alokasi dana untuk penanggulangan stunting di Desa Kajowair cukup besar, yakni sekitar Rp64.000.000. Dana ini diperuntukan bagi bayi/balita stunting sebanyak 12 orang selama 180 hari (enam bulan), ibu hamil sebanyak lima orang selama 90 hari (tiga bulan), serta untuk penderita gizi kurang terdapat lima orang, yang dilakukan penanganan selama 90 hari (tiga bulan) juga.

Terhadap produk Solideo Farm, Silvester mengatakan, kualitas ayam kampungnya jauh lebih tebal dan empuk dagingnya. Menurutnya Solideo Farm sangat membantu, sebab ketika ia membutuhkan dalam jumlah yang banyak, tetap bisa disuplai oleh Solideo Farm.

“Kami sudah coba cek di Pasar Alok dan Wairkoja, tidak ada pedagang yang menyediakan satu sampai dua papan telor ayam kampung, palingan cuma beberapa butir saja,” bebernya.

“Perbedaan juga dari segi ayam, kalau di pasar kita bisa beli seharga Rp.150.000 hingga Rp.200.000. Tetapi di Solideo Farm, kita bisa dapatkan dengan Rp100.000 bahkan Rp200.000 bisa dapat 2 ekor, dengan kualitas yang jauh diatas, lebih tebal dan empuk dagingnya,” tambahnya.

Dengan kualitas yang demikian, sehingga dirinya merasa tertarik dan tetap melakukan kerja sama hingga saat ini. Apalagi stok daging dan telor ayam kampung ala Solideo Farm tetap ada dan selalu siap jika dibutuhkan oleh pihaknya.

Menurut Silvester, daging dan telur ayam kampung itu dimasak setiap hari di tempat yang telah disiapkan dan diambil oleh mereka (penderita stunting, gizi kurang, ibu hamil) sendiri untuk dimakan.

“Dulu tahun 2019, yang gizi kurang dibawa ke rumah. Tetapi setelah dicek oleh kader, telur ayam yang diperuntukan satu bulan, sudah habis dalam seminggu saja. Jadi lebih efisiennya, mereka makan langsung di lokasi yang telah disiapkan, itu lebih baik dan aman. Apalagi sekarang mereka harus makan daging dan telor ayam setiap hari,” jelasnya.

(rnc24)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *