Jakarta, RNC – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menargetkan Indonesia dapat mulai menggunakan obat virus corona (Covid-19) jenis Molnupiravir pada Januari 2022. Obat tersebut akan didatangkan dari perusahaan farmasi Merck pada akhir tahun ini.
Obat tersebut dipilih lantaran telah mendapat lampu hijau dari Badan Pengawas Obat Amerika Serikat (FDA) pada 23 Desember silam.
Apa itu Molnupiravir?
Molnupiravir adalah pil antivirus yang dibuat perusahaan farmasi Merck dengan tujuan untuk mencegah kasus Covid-19 ringan hingga sedang menjadi kasus parah yang mengakibatkan rawat inap atau kematian.
Sebagaimana dilansir Washington Post, orang yang memiliki Covid-19 dapat meminum obat ini dua kali sehari selama lima hari, dimulai dalam waktu lima hari sejak timbulnya gejala.
Molnupiravir, telah terbukti secara signifikan mengurangi tingkat rawat inap dan kematian di antara orang-orang dengan infeksi virus corona ringan hingga sedang.
Di antara lebih dari 1.400 orang dewasa dalam penelitian perusahaan, molnupiravir mengurangi risiko gabungan rawat inap dan kematian sebesar 30 persen, kurang dari 50 persen yang awalnya dilaporkan berdasarkan hasil yang tidak lengkap.
Dalam uji coba terpisah, obat ini juga mempercepat pembersihan virus menular dari hidung dan tenggorokan, menunjukkan bahwa itu juga dapat membantu mengurangi penyebaran virus.
Namun, para ahli medis memperingatkan bahwa vaksin tetap menjadi alat utama melawan virus corona, karena lebih baik mencegah orang terkena virus daripada mengobati setelah infeksi.
Apa perbedaan molnupiravir dengan obat Covid-19 lainnya?
Molnupiravir menonjol dari perawatan Covid-19 lainnya karena kemudahan penggunaannya dengan bentuk obat berupa pil yang dapat diminum di rumah.
Sementara, perawatan lain dilakukan secara intravena atau disuntikkan oleh profesional kesehatan. Para ahli medis pun menilai bahwa pengobatan itu mahal dan sulit dilakukan.
Bagaimana cara kerja molnupiravir?
Menurut Science Focus, Molnupiravir bekerja dengan mengganggu reproduksi virus. Obat Molnupiravir menggunakan pendekatan baru untuk melawan Covid-19: obat ini memasukkan mutasi kecil ke dalam kode genetik virus corona hingga tidak dapat mereproduksi dirinya sendiri.
Begitu virus masuk ke dalam sel-sel tubuh, ia mereplikasi genomnya, yang tidak terbuat dari DNA tetapi RNA (asam ribonukleat). Genom yang direplikasi ini kemudian dibentuk menjadi partikel virus lengkap yang keluar dari sel dan terus menyebar ke seluruh tubuh.
Namun, molekul molnupiravir diserap oleh sel yang terinfeksi virus, di mana mereka diubah menjadi versi cacat dari struktur RNA.
Jadi, ketika virus mencoba untuk bereplikasi, partikel virus yang dihasilkan memiliki materi genetik yang rusak dan tidak dapat lagi bereproduksi.
Tetapi efek genetik itu telah menimbulkan kekhawatiran bahwa dalam kasus yang jarang terjadi, obat tersebut dapat menyebabkan cacat lahir atau tumor.
“Mekanisme aksi ini memiliki beberapa keterbatasan dan obat tidak dapat diberikan kepada wanita hamil karena risiko merusak bayi yang belum lahir,” kata Penny Ward, Profesor Tamu di Kedokteran Farmasi di King’s College London.
FDA mengatakan Merck juga setuju obat itu tidak akan digunakan pada anak-anak.
Sebelum Indonesia, Amerika Serikat telah melakukan pembelian molnupiravir di muka senilai US$1,2 miliar – sekitar 1,7 juta perawatan. Australia, Singapura dan Korea Selatan juga telah melakukan perjanjian pembelian obat Covid-19 Molnupiravir dari Merck.
(*/rnc)