Jakarta, RNC – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tampak menikmati mi instan di meja makan. Lengkap dengan telur dan sayuran. Video itu diunggah di akun Instagram Ganjar. Dia menuliskan narasi dengan bahasa Jawa. “Malam-malam ingin makan Mi. Ingat zaman masih kost.”
Aktivitas santap malam Ganjar diunggah pada Minggu (23/5/2021). Tidak dipungkiri, Ganjar termasuk salah satu pejabat publik yang aktif dan interaktif di sosial media. Ganjar cukup rajin mengunggah konten di akun Youtube miliknya yang diikuti oleh 961 ribu orang follower. Akun itu dibuat pada 2018.
Pemandangan yang sama juga terlihat di akun Instagramnya (IG). Ada 4.383 unggahan di akun IG Ganjar Pranowo. Pengikutnya sangat besar. Dilihat pada Minggu (23/5), pengikut Ganjar di akun IG mencapai 3,4 juta. Berbagai konten diunggah. Mulai dari lapak jualan bagi UMKM, kegiatannya sebagai Gubernur, kulineran, konten sosialisasi dan edukasi, hingga persoalan hari ini.
Di media sosialnya, Ganjar cukup interaktif. Dia tak segan merespons komentar banyak orang. Satu per satu direspons. Jika ada keluhan terkait kebutuhan publik, dijawab serius. Sesekali direspons dengan guyonan jika komentarnya juga bernada candaan.
Ketenaran dan aktivitas Ganjar di media sosial dipandang sebagai ‘sinyal berbahaya’. Bahkan oleh partai tempatnya bernaung, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
“Tingginya intensitas Ganjar di media sosial dan media massa, bahkan Ganjar sampai rela menjadi ‘host’ di Youtube-nya, padahal hal serupa tak dilakukan oleh kader PDIP lain yang juga berpotensi untuk ‘nyapres’,” ujar Ketua Bappilu PDIP yang juga Ketua DPD PDIP Jawa Tengah, Bambang Wuryanto dalam siaran pers, Minggu (23/5/2021).
Saat acara pembekalan kepada kader, Puan Maharani juga menyindir pemimpin yang sebaiknya dikenal di dunia nyata oleh para pendukungnya. Bukan hanya terkenal di media sosial. Namun Puan tak menyebut nama siapa yang disindirnya ini.
“Pemimpin itu ke depan adalah pemimpin yang ada di lapangan bukan di sosmed. Pemimpin yang memang dilihat teman-temannya, orang-orang yang mendukungnya. Ada di lapangan, bukan hanya di media,” kata Puan di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (22/5). Seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Aktivitas Ganjar dianggap menjadi hal tidak baik bagi keharmonisan partai. Ganjar dianggap ‘curi start’, dibanding kader lainnya. Padahal, belum ada sinyal dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Bambang Wuryanto atau akrab disapa Bambang Pacul sudah membaca arah gerak Ganjar dengan keaktifannya di media sosial. Dia bahkan mengaku sudah mengingatkan Ganjar.
“Wis tak kode sik. ‘Kok soyo mblandang, ya tak rodo atos’. Saya dibully di medsos, ya bully saja, saya tidak perlu jaga image saya,” katanya.
Berbekal ‘keyakinan’ ambisi Ganjar untuk menjadi capres, PDIP mengunci sang Gubernur di kadang Banteng. Saat Ketua DPP PDIP Puan Maharani memberikan pengarahan kepada kader dalam rangka soliditas partai menuju 2024 di Kantor DPD PDIP Jateng, pada Sabtu (22/5/2021), Ganjar tidak diundang.
Pada susunan acara yang beredar di kalangan media, tertulis jika undangan kegiatan pengarahan oleh Puan Maharani ditujukan kepada kepala daerah dan wakil kader se-Jateng kecuali gubernur. Khusus tulisan “kecuali gubernur” diberi tanda kurung.
“Tidak diundang! (Ganjar Pranowo,) ‘wis kemajon’ (kelewatan), ‘yen kowe pinter, ojo keminter’ (bila kamu pintar, jangan sok pintar-red),” kata Bambang Pacul.
Ganjar mengamini. Dia memang tidak diundang dalam acara internal partai di Jawa Tengah yang disebut-sebut sebagai kandang banteng. “Saya tidak mendapatkan undangan,” singkat Ganjar.
Ganjar Jauh di Atas Puan
Nama Ganjar Pranowo memang selalu muncul dalam survei elektabilitas capres 2024. Ada satu nama kader PDIP lain yang juga muncul dalam survei yakni Ketua DPP PDIP yang juga Ketua DPR RI Puan Maharani. Namun nama Ganjar selalu ada di posisi tiga besar elektabilitas capres 2024. Berbeda dengan Puan yang tertinggal jauh di belakang.
Sebut saja dalam Indikator Politik Indonesia, Ganjar memiliki elektabilitas 13,7 persen pada Maret 2021. Survei SMRC, Ganjar memiliki elektabilitas 13,2 persen pada Februari-Maret 2021. Survei LSI pada Januari 2021, Ganjar Pranowo mengantongi 10,6 persen. Survei Charta Politika Indonesia pada April 2021, Ganjar mendapat 16 persen.
Sementara, elektabilitas Puan tidak mengejar Ganjar. Indikator Politik Indonesia mencatat elektabilitas ketua DPR itu hanya 1,1 persen pada Maret 2021. SMRC mencatat elektabilitas Puan 5,7 persen pada Februari-Maret 2021. Di Survei LSI pada Januari 2021, elektabilitas Puan Maharani hanya 0,1 persen. Dan di Survei Charta Politika Indonesia pada April 2021, elektabilitas Puan Maharani hanya 1,2 persen.
Sebenarnya, elektabilitas dan popularitas Ganjar bisa menjadi modal untuk menuju Pemilu 2024. Tidak hanya bagi Ganjar, tapi juga PDIP yang bisa ikut terdongkrak.
“Situasi ini menjadi starting point baik untuk Ganjar kalau memang dia mau serius maju kepada langkah politik selanjutnya ke Pemilu 2024, dan sebenarnya termasuk juga PDIP jika merasa Ganjar adalah calon yang tepat bagi partainya, maka PDIP bisa menyalurkan fokus dan energinya pada pencalonan ganjar sejak mula,” ujar peneliti politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Aisyah Putri Budiarti kepada merdeka.com, semalam.
Tingginya elektabilitas Ganjar justru tidak cukup menggoda PDIP. Bambang Pacul mengingatkan, elektabilitas belum bisa dijadikan patokan dalam pertempuran pilpres yang sesungguhnya. Elektabilitas Ganjar saat ini terdongkrak dari pemberitaan dan aktivitasnya di media sosial. Hal itu mudah dikalahkan dalam pertarungan secara riil.
“Hal ini disampaikan bukan sebagai teguran bagi Ganjar yang juga kader PDIP. Ini bukan teguran, karena ia merasa lebih tinggi dari kita (DPD PDIP Jateng). Ia merasa yang bisa menegur hanya Ibu (Ketua Umum Megawati Soekarnoputri),” kata Bambang.
Pernyataan Bambang dan ketidakhadiran Ganjar memperlihatkan panasnya internal di kandang Banteng. Persaingan antara Ganjar dan Puan menuju 2024. Apalagi, salah seorang politikus PDIP yakni Arya Bima sempat menyebut terbuka kans memasangkan Ketua Umum Prabowo Subianto dengan Ketua DPP PDIP Puan Maharani. Menurut Bima, hitungan politiknya sangat mungkin terjadi.
Persaingan Ganjar dan Puan semakin meruncing dengan kehadiran relawan masing-masing. Ada Dulur Ganjar Pranowo (DGP) dan Gema Puan Maharani. DGP secara tegas menyatakan tidak terafiliasi dengan PDIP. Bahkan keberadaan mereka tidak diperintah Ganjar Pranowo. Mereka mengaku lahir sebagai respons atas kemunculan Gema Puan yang justru terlihat senyap.
Memanasnya persaingan Ganjar dan Puan dipertontonkan secara terbuka. “Ini menunjukkan ada yang tidak senang di internal PDIP pada posisi Ganjar, dan karena acara di Jateng dihadiri Puan, maka wajar publik melihatnya sebagai persaingan internal antara Ganjar dan Puan,” kata Putri.
Putri Mahkota PDIP
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin menilai, Ganjar sengaja dikunci dan diasingkan elit PDIP. Dia dianggap sebagai batu sandungan bagi putri mahkota PDIP yakni Puan Maharani untuk melenggang di Pilpres 2024.
“Ini menandakan bahwa Ganjar sedang dikerjai oleh elite-elite PDIP.
Mungkin karena Ganjar bermaksud ingin nyapres di 2024 dan memiliki elektabilitas yang lumayan, kemudian Ganjar diasingkan. Itu karena mungkin juga ada putri mahkota di PDIP yang dipersiapkan diri untuk maju di Pilpres,” kata Ujang saat dihubungi terpisah.
Elektabilitas Ganjar yang tinggi membuat dirinya dijegal internal partai sendiri. Elit partai berlambang banteng moncong putih seolah kebakaran jenggot dengan manuver Ganjar.
“PDIP ketakutan jika Ganjar makin melejit, karena akan menutup peluang Puan,” kata Ujang.
Jika dilihat dari sisi lain, ketidakhadiran Ganjar pada agenda internal PDIP justru bisa berdampak buruk bagi popularitas Puan di mata publik. Tindakannya yang tak mengundang Ganjar akan menarik simpati publik dan justru akan menaikkan elektabilitas Ganjar.
“Situasi hari ini justru menjadi buah simalakama bagi Puan atau faksi yang tampaknya kontra terhadap Ganjar karena melakukan tindakan penjegalan terhadap Ganjar, dengan mengecualikannya dalam acara yang dihelat di rumahnya sendiri, dan ini bisa menarik perhatian dan simpati publik yang justru meningkatkan elektabilitas Ganjar,” kata Putri menambahkan.
Dalam hitungan politik di atas kertas, peluang Ganjar maju sebagai capres dari PDIP cukup sulit karena adanya bayang-bayang Puan. Padahal di sisi lain, Puan yang digadang-gadang sebagai jagoan tidak memiliki modal cukup kuat yakni elektabilitas yang rendah hari ini.
“Sulit bagi Ganjar dapat restu PDIP. Karena PDIP punya putri mahkota. Namun persoalannya putri mahkotanya elektabilitasnya tak terlihat,” kata Ujang.
Sosok Ganjar yang terlampau kuat di publik, menjadi ancaman bagi calon lain. Karena akan semakin sulit mengalahkannya. Sejauh ini, popularitas seseorang di mata publik masih menjadi indikator yang menentukan dalam peperangan Pilpres. (*/merdeka/rnc)