Kisah Nenek Viktoria di Rote yang Tinggal di Gubuk Reot, Tak Tersentuh Bantuan Pemerintah

Humaniora, Rotedibaca 1,373 kali

Ba’a, RNC – Di usia senja, semestinya seseorang bisa menikmatinya bersama keluarga. Namun, tidak dengan nenek Viktoria Lelama. Ia tinggal sendirian di rumah yang sama rentanya dengan usia sang nenek.

Di rumah yang pantas disebut gubuk reot itu, perempuan berusia 68 tahun ini menetap seorang diri. Lokasinya di Desa Bolatena, Kecamatan Landu Leko, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Dilansir dari Digtara.com, setelah suaminya meninggal, nenek Toi–begitu ia akrab disapa–harus berjuang sendirian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Gubuk reyot berukuran 4 X 5 meter yang ia tempati pun sangat memperihatinkan. Dinding rumahnya menggunakan pelepah lontar bercampur papan kayu, yang sudah lapuk dan bolong dimakan rayap.

Sedangkan atap rumahnya dari daun gewang yang sudah berlubang termakan usia. Ketika musim panas, cahaya matahari bebas masuk di dalam gubuk derita nenek Toi. Hujan pun begitu.

Nenek Toi tak sanggup memperbaiki gubuk itu, karena memang tak punya apa-apa. Tidak ada barang berharga di dalam gubuk itu. Hanya sebuah balai-balai bambu yang digunakan nenek Toi untuk merebahkan tubuhnya yang sudah renta.

Jika malam tiba, nenek Toi mengandalkan sebuah lampu sebagai alat penerangan. Terkadang dia harus gelap-gelapan, jika sedang kehabisan uang untuk membeli minyak tanah.

Untuk makan sehari-hari, nenek Toi terpaksa harus memungut sisa padi dari hasil panen warga setempat, yang tertinggal di pematang.

Ketika badai Seroja menerjang sebagian wilayah NTT termasuk Rote Ndao (4/4/2021) lalu, nyawa Viktoria Lelama atau nenek Toi juga terancam.

Hujan deras disertai angin kencang membuat nenek Toi basah kuyup di dalam rumahnya. “Baru-baru bencana saya hanya bisa peluk tiang dan pasrah sambil menangis. Saya berdoa kalau bisa Tuhan jangan kasih roboh ini rumah, nanti saya tinggal di mana?” ceritanya, kepada wartawan, Senin (17/5/2021).

Tak kuasa menahan dingin dan terjangan badai Seroja, nenek Toi kemudian mencari tempat berlindung. “Terakhir saya lari ke geraja dan berlindung disana, paginya baru saya pulang lihat rumah,” ujar nya.

Kendati hidup dalam kekurangan dan belenggu kemiskinan, hingga saat ini nenek Toi belum pernah tersentuh bantuan pemerintah.

“Saya mau harap apa, sedangkan bantuan seperti raskin, sembako banyak-banyak saja saya tidak dapat, apa lagi bantuan rumah,” Jelas nenek Toi.

Bantuan rumah layak huni yang bersumber dari dana desa juga tidak menyentuh nenek Toi. Nenek renta ini tidak bermimpi untuk tinggal di istana yang bergelimang kemewahan. Nenek Toi hanya berharap sebuah hunian yang layak untuk melindungi tubuhnya dari hujan dan panas. (*/dig/rnc)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *