Nagekeo, RNC – Berangkat dari situasi pembangunan di Indonesia yang tidak merata dengan sebaran sumber daya manusia (SDM) profesional dan terampil hanya pada beberapa wilayah, Yayasan Flores Mentari akhirnya mendirikan Institut Nasional Flores (INF) di Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Lembaga pendidikan vokasi ini terarah pada teknologi rekayasa pangan. Demikian disampaikan Ketua Pengurus Yayasan Flores Mentari, Benisius Pao dalam konferensi pers yang berlangsung di Sekretariat Yayasan, Selasa (12/1/2021).
Menurut Beni, ujung tombak peradaban sebuah negara dalam menuntaskan problematika di masyarakat adalah pendidikan. Pendidikan yang merupakan strategi utama dalam membangun SDM diharapkan dapat mencetak SDM yang berkualitas yang mampu mempercepat pembangunan suatu wilayah. Pendidikan mampu membawa masyarakat untuk lebih menguasai pengetahuan dan teknologi, berkembangnya wawasan, kualitas hidup dan peradaban serta mendorong masyarakat untuk lebih maju, arif dan bijaksana dalam mengelola kekayaan alam.
“Kini di era globalisasi, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi banyak membawa perubahan di berbagai bidang, tidak terkecuali bidang pendidikan. Oleh karena itu, penerapan penerapan teknologi informasi dan komunikasi menjadi hal yang wajib dalam dunia pendidikan,” ujarnya.
Beni menjelaskan, pendirian INF didasarkan pada analisis bahwa dari total jumlah 76 Perguruan Tinggi di NTT, baru dua kampus yang berstatus institut, yaitu Institut Keguruan dan Teknologi Larantuka yang berfokus pada pendidikan dan teknik informatika serta Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Maumere yang berfokus pada prodi pendidikan. Dengan demikian belum ada institut di NTT yang program studinya diarahkan pada teknologi rekayasa pangan. “Ini yang menjadi dasar pemikiran kami untuk menghadirkan Institut Nasional Flores di NTT. Kami yakin keberadaan INF di Nagekeo mampu berkontribusi terhadap percepatan pembangunan bidang ekonomi, serta memberikan sumbangsih terhadap peningkatan kualitas SDM,” sebut Beni.
Menurutnya, dalam merealisasikan pendirian INF di Nagekeo, Yayasan Flores Mentari menjalin kerjasama dan membentuk jejaring dengan para stakeholders, pemda setempat, instansi/lembaga, perguruan tinggi eksisting maupun masyarakat. Tujuan dibentuknya jejaring adalah untuk menghasilkan pendidikan berkualitas dengan kecukupan pendukung di dalamnya, guna menghasilkan output lulusan yang mandiri, mampu bersaing, serta adaptif terhadap perubahan.
“Dengan hadirnya INF diharapkan kualitas SDM di NTT dapat diperbaiki. Beberapa prodi yang akan dibuka INF difokuskan untuk turut membantu mempersiapkan kebutuhan saat ini dan menyiapkan sumberdaya yang dibutuhkan dalam menjawab tantangan masa depan,” katanya.
INF sendiri akan menyelenggarakan 3 program studi, yakni Ilmu Perikanan Program Sarjana, Ilmu Pertanian Program Sarjana, dan Peternakan Program Sarjana. Untuk sementara INF akan menggunakan gedung SDK Ratedosa di Kelurahan Lape, Kecamatan Aesesa, serta gedung SMA Stella Maria di Marapokot.
Sebelumnya, pengurus Yayasan Flores Mentari melaporkan terkait kehadiran INF kepada Bupati Nagekeo, Johanes Don Bosco Do di ruang kerjanya, Senin (11/12021). Bupati Don merespon baik kehadiran INF dan beliau memberikan dukungan demi majunya lembaga ini ke depan. Dia berharap INF dapat melahirkan generasi-generasi yang mempunyai skill yang berkualitas dalam pemecahan masalah, mampu berpikir kritis serta kreatif dan berdaya saing.
Selain Ketua Pengurus Yayasan Flores Mentari, Benisius Pao, dalam pertemuan dengan Bupati Don hadir pula sejumlah pendiri INF. Antara lain, Yoseph Fernandes Amekae, Yohanes Freadyanus Kasi, Melchior Tibo, Kristoforus Meo, Valentinus Ngara, dan Engelbertus Ngalu Bali. (rnc15)