oleh: Robert Kadang
Banyak petuah disampaikan Zet Tadung Allo, ketika didaulat menyampaikan “sekapur sirih” dalam Ibadah Syukur Natal dan Tahun Baru Keluarga Salu Sangalla’ yang dihelat Selasa, 21 Januari 2025, di Aula Poltekkes, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Sebagai diaspora Toraja di Bumi Flobamora, Sangtorayan yang terhimpun dalam Kerukunan Keluarga Toraja harus memegang teguh falsafah hidup orang Toraja. Begitu harapan Zet Tadung Allo.
“Tetap komi siangkaran. Sitiroan dan sikamali’. Jujur saja, saya bangga bertugas di NTT, karena banyak sumber daya orang Toraja yang bisa diandalkan. Di bidang apa saja. Di pendidikan, ada beberapa professor kita yang kita harapkan dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan di Nusa Tenggara Timur,” ujar Zet Tadung Allo.
Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) NTT itu mengaku “sedikit risih” ketika diminta menyampaikan “sekapur sirih” mewakili masyarakat Toraja yang ada di NTT. “Saya masih muda. Masih banyak yang lebih tua. Tapi saya berterima kasih dengan keluarga Salu Sangalla’ yang memberi tempat bagi saya untuk menyampaikan beberapa hal. Mungkin karena jabatan sebagai Kajati. Terima kasih Prof. Lince (ketua Arisan Salu Sangalla’) untuk semuanya. Salama’ natal dan tahun baru lako keluarga Salu Sangalla’,” ungkap Zet Tadung Allo.
Sebagai aparat penegak hukum yang diberi amanah berkarier di NTT, Zet Tadung Allo lalu memaparkan beberapa program sebagai bentuk kontribusinya dalam memajukan daerah ini. “Saya tidak ingin korupsi tumbuh subur di NTT. Virus korupsi harus diamputasi, sebab sangat merusak dan menghambat pembangunan di NTT. Karena itu, saya dan teman-teman dari Kejaksaan Tinggi masuk ke sekolah-sekolah (SMA) menanamkan image sejak dini, agar mereka tidak korupsi jika kelak jadi pejabat. Sementara guru-guru mereka, kami lindungi melalui program ‘Jaga Guru’. Ini penting, karena guru sering dikriminalisasi padahal mereka sudah berupaya melahirkan generasi masa depan bangsa,” kata Zet Tadung Allo.
Soal fenomena sampah di Kota Kupang, mantan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini juga merasa gerah melihat kondisi tersebut. “Sebagai ibukota provinsi, Kota Kupang harus lebih bersih. Kami menggandeng sejumlah lembaga, untuk menggaungkan semangat tidak membuang sampah sembarangan, sampai kapan pun. Komitmen ini harus dibangun, agar budaya buang sampah sembarangan bisa dihilangkan,” imbuh Zet Tadung Allo.
Ajakan untuk tidak buang sampah sembarangan ala Kajati Zet Tadung Allo, bukannya tanpa alasan. Pasalnya, Kota Kupang dalam kurun waktu lima tahun terakhir menyandang predikat sebagai lima besar “Kota Terkotor” se Indonesia. “Prestasi” yang tidak perlu dipertahankan, apalagi dibanggakan dan dilanjutkan.
Sementara Ketua Kerukunan Keluarga Toraja, Daud Pulo Mangesa’, dalam sambutannya merespon ajakan Zet Tadung Allo, agar masyarakat Toraja yang ada di NTT tetap siangkaran, sitiroan dan sikamali’. “Apa yang diperlihatkan saudara-saudara kita dalam komunitas Salu Sangalla’ yang tetap menjaga kekompakan dalam menggelar ibadah syukur malam ini, patut kita apresiasi. Mari, kita meletakkan falsafah hidup orang Toraja seperti yang disampaikan orang tua kita, Pak Zet Tadung Allo, dalam kehidupan kita bermasyarakat di Nusa Tenggara Timur,” kata Daud Mangesa’.
Sekedar tahu, Ibadah Syukur Natal dan Tahun Baru Keluarga Salu Sangalla’ dihadiri para sesepuh Salu Sangalla’ seperti Lince Mukkun, Yohanis Rante Lembang, Sammy Nalley, Theo da Cunha, Aris Tangke Tasik dan Yustinus Ada’. Tampak pula para ketua arisan Toraja yang ada di Kota Kupang, para penasehat KKT dan sejumlah pendeta. Ibadah syukuran tersebut dipimpin Pastor Paroki Gereja Sta. Maria Assumpta, Romo Rudy Tjung Lake. Kemeriahaan perayaan Ibadah Syukur Salu Sangalla’ kian terasa, karena dirangkai dengan ulang tahun ketiga Keluarga Salu Sangalla’. Pun, ada acara “cross kado” dan diakhiri dalam balutan santap malam bersama dengan menu utama pa’piong duku bai. (*)