Betun, RNC – Sikap semena -mena kian ditunjukkan BPBD Malaka. Setelah sebelumnya mencopot nama Arnoldus Nahak sebagai penerima bantuan Badai Seroja, kali ini BPBD Malaka kembali mencopot nama empat janda. Padahal, keberadaan empat janda tua ini sama persis yang dialami Arnoldus Nahak. Rumahnya rata tanah disapu banjir akibat Badai Seroja tahun 2021 lalu.
Menariknya, BPBD Malaka sendiri yang mendata para korban ini, lalu memasukan mereka ke kategori rumah rusak berat. Dan, karena rumah kelima korban ini telah hancur, maka BPBD Malaka memberikan bantuan dana hunian tunggu (pengganti biaya sewa kos dan makan minum), sambil menunggu rumah para korban direhab.
Mirisnya, setelah ditunggu sekian lama, jangankan rumah mereka selesai direhab, nama kelima korban Badai Seroja itu malah tidak ada alias dicopot dari daftar penerima bantuan. Dengan isak tangis, empat janda tua masing – masing Karolina Seran, Maria Hoar Seran, Theresia Seuk Seran dan Yosefina Abuk, menjelaskan kisah pilu mereka kepada RakyatNTT.com, Jumat (29/7/2022).
Ditemui di Dusun Kobadiin, Desa Naimana, Kecamatan Malaka Tengah, keempat janda tua itu menunjukkan bekas pondasi sisa bangunan rumahnya yang disapu banjir Badai Seroja. “Kami tiga bulan dapat dana bantuan hunian tunggu (pengganti biaya sewa kos dan makan minum), sambil menunggu rumah kami direhab. Tapi setelah ditunggu, rumah kami ternyata tidak direhab BPBD Malaka. Trus kami cek nama di petugas, tidak ada dalam daftar atau sudah dicopot,” ungkap para janda tua itu.
Karolina Seran menuturkan, rumahnya yang hancur beratapkan seng, berdinding seng, berlantai tanah dengan ukuran 4 X 6 meter. “Tidak tahu kenapa tidak direhab? Alasannya tidak jelas. Mungkin karena nama saya tidak ada di daftar penerima bantuan. Padahal saya sudah terima dana bantuan hunian tunggu sebesar Rp 1.500.000, sejak Januari hingga Maret 2022. Saya cek ke petugas yang urus, tapi suruh saya langsung ketemu Pak Kadis BPBD Malaka,” ungkap Korolina sedih.
Tak kala harunya, ketika media menemui Maria Hoar Seran dan Theresia Seuk Seran. Kedua janda ini tidak sanggup berkata – kata. Mereka hanya menunjukkan pondasi rumahnya yang masih tersisa setelah disapu Badai Seroja. Sempat tertegun meratapi nasibnya, keduanya lalu menjelaskan kondisi rumahnya yang pas berada di jalur air. “Waktu itu ketinggian air dua sampai tiga meter, dan deras sekali. Karena rumah kami tidak kuat, akhirnya dibawa banjir dan tinggal pondasi. Kami sudah terima bantuan hunian tunggu Rp 1.500.000. Petugas BPBD Malaka sempat datang bilang rumah kami mau direhab. Tapi setelah kami tunggu dan cek, ternyata nama kami tidak ada lagi,” kata Maria dan Theresia sambil keduanya menangis.
Hal senada juga disampaikan Yosefina Abuk, seorang janda yang rumahnya ikut disapu banjir. “Saya sudah terima dana bantuan hunian tunggu, tapi kenapa nama saya hilang dari daftar? Padahal petugas lihat sendiri rumah saya tinggal pondasi. Lata, dinding, atap seng, tiang rumah, semua air bawa. Saya sementara numpang tinggal dengan mama. Saya mau bangun dengan apa? Kemarin saya terima BLT langsung beli batu dan pasir. Saya simpan kalau rumah saya direhap tinggal pakai,” kata Yosefina sambil meneteskan air mata.
Keempat janda tua ini minta perhatian Pemkab Malaka, terutama nama mereka yang telah dicopot sepihak. “Kami orang miskin, kami ambil uang dari mana untuk sewa ojek ketemu Pak Kadis. Kami mau omong bilang apa, apalagi kami orang bodok. Mau bantu kami, ya bantu, tapi kalau tidak mau bantu, jangan datang minta surat – surat bilang mau beri bantuan,” kata mereka kesal, lantaran rumah – rumah korban lainnya telah direhab.
“Petugas BPBD Malaka datang lihat rumah kami. Ambil dokumen KTP, Kartu Keluarga dan dokumen lain, lalu buka rekening di BRI. Trus bantu kami dana hunian tunggu. Tapi setelah itu nama kami sudah tidak ada lagi. Sudah copot nama kami, trus suruh kami pergi ketemu kepala dinas. Ini kasi sudah kami. Tolong pemerintah bantu kami,” kata para janda tua itu. (rnc11)