Kerukunan Keluarga Toraja Harus Dimaknai Sebagai “Tongkonan”

Humanioradibaca 299 kali

oleh : Robert Kadang

Keberadaan orang Toraja yang tergabung dalam Kerukunan Keluarga Toraja, mendapat apresiasi dari Zet Tadung Allo, kepala Kejaksaaan Tinggi (Kajati) Nusa Tenggara Timur. Pujian itu bukannya tanpa alasan. Sebab, Zet Tadung Allo melihat langsung, bahkan ikut menghadiri sejumlah kegiatan atau pun aktivitas Sangtorayan selama bertugas di NTT.

Di mata Zet, paguyuban atau kelompok-kelompok arisan orang Toraja yang dibentuk di NTT berdasarkan kesamaan wilayah asal, harus dimaknai sebagai sebuah “Tongkonan”, sekaligus sebagai kekuatan pemersatu orang Toraja diperantauan.

“Tongkonan yang bermakna sangat filosofis bagi orang Toraja, mesti pegang teguh aturan dan ajarannya. Tongkonan diperantauan mempersatukan berbagai perbedaan sosial. Kita bisa duduk bersama, tanpa melihat latar belakang dan pluralisme, serta saling menguatkan dalam suka maupun duka,” ujar Zet Tadung Allo kepada RakyatNTT.com, saat dimintai tanggapannya, terkait eksistensi masyarakat Toraja di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Kota Kupang.

Bak gayung bersambut, apresiasi Kajati NTT itu direspon positif para tokoh Toraja di Kupang. Menurut mereka, kehadiran figur Zet Tadung Allo dalam keseharian Sangtorayan di Kupang, memberi warna dan semangat kebersamaan. Ini komentar mereka;

Pdt. Jonathan : “Sosok Bapak Zet Tadung Allo adalah sosok yang bersahaja dan sederhana (low profile). Memiliki wawasan luas dan selalu memberi arahan/nasehat secara positif dan membangun bagi siapapun. Termasuk ikut terlibat memikirkan arah dan pembangunan Gereja Toraja Jemaat Kupang. Nasehat/arahan beliau selalu berlandaskan kasih, sebagaimana ajaran yang beliau imani, dan hal itu merupakan jati diri beliau”.

Yohanis Rante Lembang : “Kehadiran Bapak Zet Tadung Allo selaku Kajati NTT tentu menjadi kebanggaan kita, ada orang Toraja jadi pejabat teras bergengsi. Beberapa kali ketemu di tempat acara keluarga, orangnya sangat merakyat, style gaya gaul. Dalam konteks iman & layanan sosial, walau baru seumur jagung bertugas di Kupang, sudah menghasilkan buah mendukung pelayanan. Semoga karier beliau makin moncer/bersinar”. Good Bless🙏

Paulus Rante Tadung : “Dikalangan orang Toraja Kupang, Pak Zet adalah figur yang mudah bergaul dengan siapa saja tanpa membedakan. Kalau diundang oleh kelompok-kelompok arisan selalu hadir, selalu menyapa lebih dulu sebelum disapa. Dalam tugas banyak melakukan gebrakan untuk penanganan kasus-kasus korupsi di NTT. Semoga sukses dalam tugas”.

Boni Marasin : Pak Kajati (Zet Tadung Allo) orangnya sangat familiar, berintegritas, rendah hati dan bersahaja. Pemersatu dan menjadi panutan, teladan serta peduli buat orang Toraja yang ada di NTT. Itu yang selama ini saya lihat dan banggakan beliau”.

Daud Mangesa’ : Kita memberikan apresiasi kepada beliau yang tidak hanya berpikir terhadap penegakan hukum, tapi beliau juga ikut memikirkan rakyat dan daerah dimana beliau berkarya. Misalnya, bagaimana memasyarakatkan Kejaksaan di dunia pendidikan dengan gerakan ‘Kejaksaan masuk sekolah”. Selain itu, beliau juga berpikir meninggalkan buah-buah pikiran dan karya nyata, mengembangkan potensi pertanian dengan menanam komoditi potensi unggulan di daerah, dan mendorong pemerintah menyiapkan lahan untuk ditanami, sehingga generasi yang akan datang dapat menikmati karya orang tua kita. Dari pemikiran beliau, kita orang NTT layak memberi apresiasi kepada tokoh-tokoh kita yang memiliki pikiran brilian seperti itu. Yang jelas, kita bangga dan mengharapkan beliau diberi amanah yang lebih luas lagi”.

Paril Pakan : “Beliau orangnya sederhana dan mau melayani setiap orang, tidak pandang pilih”.

Pong Stalin : “Masola taunna. Bisa langsung familiar dengan Sangtorayan tanpa sekat : ruang dan waktu”. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *