oleh

Perda Inklusif, Impian Penyandang Disabilitas di Toraja

Makale, RNC – Angin segar bagi penyandang disabilitas yang berada di Tana Toraja, dihembuskan para petinggi DPRD Tana Toraja. Mereka berkomitmen untuk mengawal rancangan peraturan daerah (Ranperda) tentang penyelenggaraan kabupaten inklusif dan pelindungan penyandang disabilitas, menjadi peraturan daerah (Perda). Hal itu terungkap, saat Ketua DPRD Tana Toraja, Welem Sambolangi, Ketua Bapemperda DPRD Tana Toraja, Kristian H.P Lambe, dan YESma serta aktivis disabilitas, Noldus Pandin, melakukan pertemuan di Royal Cafe dan Resto, Kota Makale, belum lama ini.

Pertemuan yang berlangsung penuh akraban tersebut, membahas rancangan peraturan daerah tentang penyelenggaraan kabupaten inklusif dan pelindungan penyandang disabilitas. Di antar mereka saling memberi masukan dan rujukan dalam mem-finalisasi ranperda tahapan demi tahapan, sebelum dilimpahkan ke DPRD Tana Toraja untuk dibahas sesuai mekanisme dan aturan yang berlaku secara kelembagaan.

Welem Sambolangi berharap, ranperda ini semoga mulus perjalanannya untuk ditetapkan menjadi perda. Pasalnya, akan menjadi nilai baru bagi masyarakat Tana Toraja dalam rangka menyandang status sebagai daerah yang inklusif di tengah kehidupan yang majemuk. “Kami di DPRD mengapresiasi atas kolaborasi yang digaungkan ini, dan kiranya bermanfaat dikemudian hari,” tandas Welem optimis.

Sementara H.P Lambe dari Fraksi Demokrat mengatakan, pihaknya akan terus menindaklanjuti keberadaan Undang – undang Nomor: 8 Tahun 2016, tentang Perlindungan Penyandang Disabilitas. “Urgensi bagi setiap daerah untuk mempersiapkan regulasi yang berpihak kepada kaum penyandang disabilitas, sebagai wujud kepedulian terhadap sesama. Berlandaskan payung hukum tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk membuat perda yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat berbasis budaya dan kearifan lokal, yang menjadi area pelaksanaan perda tersebut,” kata H.P Lambe.

Sedangkan Noldus Pandin menambahkan, jika hal ini merupakan perintah undang – undang, maka semua elemen harus saling bersinergi dan bukannya menciptakan jalan sendiri – sendiri yang kemudian ada sebuah ego sektoral,” imbuh aktivis disabilitas itu. Hal yang sama disampaikan Lenynda Tondok dari YESma. Dia berpandangan, dengan niatan yang baik, tentu tidak terlepas dari kemauan semua pihak untuk memberikan pelayanan yang inklusif bagi masyarakat Tana Toraja, sebagai bentuk rasa cinta pada daerah ini. (robert kadang)

Baca Juga:  Noldus Pandin: Semoga Dunia Pendidikan Makin Inklusif

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *