Jakarta, RNC – Sejumlah 575 orang anggota DPR RI periode 2019-2024 resmi dilantik. Pelantikan digelar di Ruang Paripurna I, Gedung Kura-kura, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (1/10/2019). Sidang paripurna pelantikan anggota DPR 2019-2024 dipimpin oleh pimpinan sementara Abdul Wahab Dalimunthe (anggota DPR tertua) dan Hillary Brigitta Lasut (anggota DPR termuda). Anggota DPR RI terpilih ini tersebar di 80 dapil (daerah pemilihan).
Provinsi Nusa Tenggara Timur yang terdiri dari dua dapil mengutus 13 orang putra/i terbaiknya. Tujuh orang berasal dari dapil NTT II (Kota Kupang, Kabupaten Malaka, Belu, TTU, TTS, Kupang, Rote Ndao, Sabu-Raijua, Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, Sumba Barat Daya). Berikut profil lengkap anggota DPR RI dapil NTT II:
1. Herman Hery
Sosok pria bernama lengkap Herman Hery Adranacus ini adalah anggota DPR RI dari fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). HH-demikian ia disapa, termasuk DPR terlama dari dapil NTT II. Ia terpilih menjadi anggota DPR RI sejak tahun 2004. Ini adalah periode keempatnya menjadi DPR RI atau menuju 20 tahun di Senayan. Pada pemilu 2019, ia memperoleh 98.987 suara.
HH yang juga pengusaha ini lahir di Ende, Flores pada 26 November 1962 ini, pada periode 2014-2019 menduduki jabatan Wakil Ketua Komisi III DPR RI menggantikan Trimedia Panjaitan yang membidangi Hukum, HAM dan Keamanan. Sejak pertama kali menjadi DPR RI, dirinya langsung ditempatkan di komisi III.
Pada tahun 2011 ketika gaya hidup anggota DPR RI menjadi sorotan publik, Herman menjadi salah satu yang ikut disorot. Hal ini disebabkan karena Herman pernah diketahui memiliki dan membawa mobil mewah sedan seharga Rp 7 miliar saat mengikuti sidang paripurna. Namun, pria asal Flores ini mengatakan bahwa kekayaan yang dimilikinya adalah murni dari hasil keringatnya sebagai seorang pengusaha.
Pada organisasi politik, Herman yang hanya tamatan ujian kesetaraan paket C ini adalah Ketua Pertama Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Banteng Muda Indonesia (BMI), organisasi sayap kepemudaan PDIP. Dirinya juga merupakan Ketua DPP PDIP periode sebelumnya. Di dunia usaha Herman adalah seorang pengusaha dan menjabat sebagai Presiden Komisaris dari Grup Dwimukti (kontraktor dan perhotelan di Kupang, NTT). Herman juga aktif di asosiasi pengusaha Kamar Dagang dan Industri (KADIN) NTT, sebagai anggota. Bisnisnya di NTT yang terkuak di publik adalah perhotelan. Diketahui HH adalah pemilik Hotel Sotis-Kupang.
2. Anita Jacoba Gah
Anita Jacoba Gah adalah politisi dari Partai Demokrat (Demokrat) mewakili Dapil Nusa Tenggara Timur 2. Anita terpilih untuk ke-4 kalinya. Pada periode 2014-2019 Anita Jacoba Gah kembali dilantik menjadi Anggota DPR-RI Pergantian Antar Waktu (PAW). Anita sebelumnya sudah bertugas di DPR-RI selama dua periode (2004-2009 dan 2009-2014) dan duduk di Komisi VIII dan Komisi X. Pada tahun 2017, Anita menggantikan Jefirstson Riwu Kore yang mengundurkan diri karena maju mencalonkan diri sebagai Calon Walikota Kupang pada Pilkada serentak 2017.
Anita adalah sosok wanita tangguh berdarah Sabu yang lahir di Jakarta pada 9 Maret 1974. Dirinya adalah seorang pengajar musik dan vokal di Sanggar Ananda dan di Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Effatha di Jakarta. Pada masa kerja 2014-2019 Anita kembali bertugas di Komisi X yang membidangi pendidikan, kebudayaan, pariwisata, olahraga dan kepemudaan. Anita kembali terpilih dari dapil NTT II pada periode 2019-2024 dengan 48.086 suara.
Anita aktif berorganisasi di komunitas seni suara dan kepemudaan gereja. Selain menjadi pengajar vokal di Sanggar Ananda, GPIB Effatha dan GPIB Gideon, Anita juga aktif menjadi pengurus di Gerakan Pemuda GPIB Effatha dan juga Pemuda GMIT di Kota Kupang.
3. Emanuel Melkiade Laka Lena
Ketua DPD I Partai Golkar NTT ini mulai popular sejak dirinya ditunjuk Partai Golkar untuk maju sebagai calon wakil gubernur NTT mendampingi Ibrahim Agustinus Medah. Nama Melki Laka Lena yang masih asing kala itu menjadi tanda tanya bagi masyarakat awam. Keputusan Golkar kala itu membuat panas dingin sebagian orang yang menginginkan Iban Medah berpasangan dengan Hugo Kalembu. Namun perintah partai adalah amanah yang wajib hukumnya dilaksanakan.
Abang Melki-demikian ia disapa oleh para kerabatnya-lahir di Kupang pada 10 Desember 1976. Sekalipun lahir di Kota Kupang, namun banyak yang tidak mengenal Melki Laka Lena sebelum dia datang mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur pada 2013 silam. Kenapa demikian? Karena Melki Laka Lena hanya sebentar saja di Kupang. Ketika dia menamatkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1989 dari SDK Bon Bosco 3 Kupang, dia melanjutkan pendidikan ke SMP Seminari Pius XII Kisol, namun lulus dari SMPK Ndao, Ende pada tahun 1992. Dia lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Farmasi Kupang, dan lulus tahun 1995. Dari situ dia melanjutkan studi S1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan lulus tahun 2001.
Pada Pilgub 2013 ketika dia maju menjadi Calon Wakil Gubernur, usianya baru 36 tahun. Anak muda yang boleh dibilang bau kencur dalam urusan politik. Sebagai Wakil Sekjen DPP Partai Golkar Bidang Pemenangan Pemilu Nusa Tenggara Bali tahun 2016–2020 dan Ketua PPK Kosgoro 1957 tahun 2017–2020. Melki Laka Lena bukan wajah asing bagi para pengambil keputusan di Partai Golkar. Sosok yang dalam perjalanan politiknya sampai menjabat Ketua DPD I Golkar NTT ini resmi sebagai pendatang baru di Senayan usai dirinya mendapat 56.942 suara pada pileg 17 April lalu.
Suami dari Mindriyanti Astiningsih ini cukup populer di kalangan aktivis muda. Karir politik Laka Lena diawali di Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Yogyakarta, yang mengantarnya kemudian menjadi Sekretaris Jendral Pengurus Pusat PMKRI periode 2002-2004. Karir Laka Lena di dunia Politik tidak terlampau mulus. Pada Pemilu Legislatif 2009 dia sempat maju menjadi Calon Legislatif DPR RI dari NTT I, namun garis nasib belum menjadi miliknya. Melki juga tercatat sebagai salah seorang Deklarator Organisasi Masyarakat (Ormas) Nasdem.
4. Yohanes Fransiskus Lema
Yohanis Fransiskus Lema atau biasa disapa Ansy Lema dilahirkan di Kupang, Nusa Tenggara Timur, 27 Maret 1976. Setelah menamatkan pendidikan dasar di SD St Yoseph IV di kota kelahirannya, Ansy melanjutkan studinya di SMP dan SMA Seminari Pius XII Kisol, Manggarai Flores.
Sebelum memutuskan terjun ke politik praktis sebagai Calon Anggota Legislatif (Caleg) DPR RI dari PDI Perjuangan di dapil NTT 2 yang meliputi 12 kabupaten/kota yang tersebar di Pulau Timor, Pulau Sumba, Pulau Rote dan Pulau Sabu, Ansy Lema sebelumnya pernah menjadi Presenter TVRI Nasional dan sosoknya sangat tidak asing, apalagi bagi pemirsa peminat dialog-dialog politik. Selain sebagai pembaca berita, Ansy sangat diandalkan sebagai pemandu Talk-Show Politik di stasiun televisi milik negara tersebut. Bahkan, saat Debat Kandidat Calon Gubernur/Wakil Gubernur NTT tahun 2013 silam, Ansy tampil sebagai moderator kala itu.
Tak hanya itu, Yohanis Fransiskus Lema adalah Pengamat Politik nasional juga Konsultan Politik dan pernah dipercaya sebagai Juru Bicara (Jubir) Tim Pemenangan Ahok dalam Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017 lalu. Pada momentum itu, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Nasional Jakarta ini kerap tampil mengesankan dengan ide-ide cerdas-bernas saat menjelaskan rekam jejak (track-record) kinerja Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat memimpin Jakarta.
Hampir tiap hari, Ansy diundang berbagai stasiun TV nasional untuk berbicara mewakili Pasangan Calon Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat. Ansy Lema adalah satu-satunya Jubir Tim Ahok kala itu yang bukan berasal dari perwakilan Partai Politik (Parpol). Selain karena kapasitasnya dalam bidang politik, Ansy dipercaya sebagai Jubir karena kedekatan personalnya dengan Ahok. Ansy telah berteman dengan Ahok jauh sebelum Gubernur fenomenal itu dikenal luas publik seperti saat ini, bahkan sebelum Ahok menjadi Wagub DKI Jakarta.
Minat Ansy dalam politik diwariskan ayahnya, Raymundus Lema, yang oleh insan politik di NTT dikenal sebagai politisi senior berlatar belakang birokrat. Ayah Ansy pernah beberapa periode menjadi Anggota DPRD Provinsi NTT dan sebelumnya adalah Ketua KNPI NTT. Darah politik Ansy mengalir dari ayahnya. Namun, kiprah politik Yohanis Fransiskus Lema dimulai sejak ia mengenyam pendidikan di Universitas Nasional, Jakarta, salah satu kampus paling progresif di era Orde Baru (Orba).
Ansy yang adalah mantan Ketua Senat FISIP Universitas Nasional tahun 1997-1998 juga dikenal sebagai Tokoh Aktivis 98, sekaligus Pendiri Forum Kota (Forkot). Ia segenerasi dengan Adian Napitupulu dan Masinton Pasaribu, dua aktivis 98 yang telah lebih dulu terjun ke politik praktis dengan menjadi anggota DPR RI dari PDI Perjuangan. Kini, intelktual muda kelahiran kota Kupang ini mengikuti jejak kedua temannya sesama aktivis 98. “Setelah berjuang lewat ‘parlemen jalanan’ semasa mahasiswa, kini saatnya berjuang lewat Parlemen Senayan,” ujarnya.
Setelah memiliki pengalaman dan pengetahuan cukup dalam politik, mulai dari dosen politik, presenter Talk-Show Politik, pengamat politik, konsultan politik dan jubir Ahok, di tahun politik 2019, alumnus Program Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) ini memutuskan terjun langsung sebagai politisi dengan maju sebagai Caleg PDI Perjuangan nomor urut 2 di Dapil NTT 2. Ansy meraih 44.619 suara sekaligus menyabet kursi kedua PDIP di bawah Herman Hery.
5. Edward Tanur
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) telah mencatat sejarah baru. Sejak Republik ini berdiri hingga Pemilu 2014, Nusa Tenggara Timur (NTT) belum pernah mengirimkan wakilnya ke Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) di Senayan melalui PKB.
Berdasarkan hasil perolehan suara maka PKB mendapat salah satu kursi dari 7 kursi di dapil NTT II, PKB meraih 87.173 dan Caleg nomor urut 1 Edward Tanur memperoleh 24.052 suara sekaligus resmi memperoleh kursi ke-5. Edward Tanur kelahiran Atambua, 2 Desember 1961. Pernah menjadi Pembina PMKRI Cabang Kefamenanu serta Ketua KONI dan Ketua Gapeknas Cabang Timor Tengah Utara (TTU). Sejak 2006 hingga sekarang dipercaya menjadi Ketua DPC PKB TTU serta menjadi anggota Ketua Fraksi PKB DPRD TTU Periode 2004-2009.
6. Ratu Ngadu Bonu Wula
Ratu Wula Talu adalah pendatang baru di Senayan. Istri mantan Bupati Sumba Barat Daya Markus Dairu Talo ini sukses meraih kursi kedua Partai Nasdem. Motonya adalah bekerja keras, cerdas dan bertanggung jawab telah ia terapkan untuk ikut memperjuangkan pendidikan, khususnya PAUD yang menjadi keseharian aktifitas sosok perempuan yang adalah mantan aktivis Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) ini. Jiwa militansi ketika masih menjadi aktivis, ternyata terbawa hingga saat ini.
Jiwa aktivisnya terus melekat, hingga dirinya maju sebagai calon anggota DPR RI dari Partai Nasdem. Di antara sejumlah kontestan, muncul nama-nama ‘pemenang baru’ yang mengejutkan di blantika politik NTT. Salah satunya Ratu Wulla Talu Caleg DPR RI Partai Nasdem Dapil II (Sumba,Timor, Rote,Sabu). Ratu Wulla mendulang suara mencapai 50.302 suara. Dan Kabupaten Sumba Barat Daya menyumbang 45.685 suara.
Peraih Kartini Award ini mengatakan rakyat NTT telah menitipkan sejumlah harapan besar kepadanya dan beberapa perempuan lainnya yang lolos menjadi Anggota DPR RI. Itu berarti membutuhkan pembuktian kepada rakyat atas kepercayaan yang diberikan dalam mengemban tugas sebagai wakil rakyat.
Ratu yang akrab disapa Mama Corazon ini berjanji akan memberikan perhatian kepada seluruh masyarakat NTT melalui fungsinya sebagai legislator. Beberapa aspek pembangunan di NTT akan menjadi perhatiannya untuk berjuang. Di antaranya pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, hak perempuan, generasi muda dan aspek lainnya.
7. Kristiana Muki
Selain Ratu Wula, salah satu srikandi NTT yang lolos ke Senayan sebagai anggota DPR periode 2019-2024 adalah Kristiana Muki. Kristiana adalah istri Bupati TTU yang juga Ketua DPW Nadem Provinsi NTT Raymundus Sau Fernandes.
Ketua PKK Kabupaten TTU ini lahir di TTU pada 3 Oktober 1974. Kristiana merupakan calon dengan perolehan suara tertinggi di Partai Nasdem yakni 66.173 suara. Kristiana maju dari daerah pemilihan NTT 2 yaang meliputi Kota Kupang, Kab. Kupang, TTS, TTU, Belu Malaka, Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Sabu Raijua dan Rote Ndao.
Kualitasnya tidak perlu diragukan. Pengalamannya mendampingi Ray Fernandes sejak menjadi pimpinan DPRD TTU, Wakil bupati hingga Bupati adalah modal baginya melihat persoalan sosial masyarakat di NTT khususnya TTU. Dari segi pendidikan Kristiana yang bergelar magister tersebut sangat tepat menyuarakan aspirasi rakyat NTT di gedung parlemen. (rnc02)