Menarik, Semburan Lumpur Putih di Desa Napan jadi Objek Wisata

Headline, TTUdibaca 6,512 kali

Kefamenanu, RNC – Semburan lumpur putih di kawasan perbatasan RI-RDTL, di Desa Napan, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten TTU menjadi salah satu objek wisata. Ini menjadi potensi yang bisa dimanfaatkan oleh pemerintah desa untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata baru di pintu masuk RI-RDTL tersebut.

Letak semburan lumpur tersebut cukup strategis. Berada persis di depan Puskesmas Napan dan Kantor Camat Bikomi Utara. Sekitar 500 meter arah selatan Pos Perbatasan RI-RDTL, Napan Bawah. Di sekitar lokasi lumpur, belum dipagari hingga mengakibatkan siapa saja boleh masuk dan keluar melihat lumpur tersebut. Bahkan, ternak milik warga setempat pun dengan leluasa bermain di sekitar lokasi lumpur.

“Lumpur ini tidak berbahaya. Ada dua lokasi lumpur. Yang di depan kantor camat ini kecil, tetapi yang di belakang kantor camat ini lebih besar lagi,” jelas Camat Bikomi Utara, Simon Monemnasi, S.Fil.

Simon menjelaskan, berdasarkan penelitian dari ITB, UGM dan Universitas Brawijaya lumpur tersebut merupakan bahan mentah etanol untuk Gaz LPG. “Ini tidak terlalu ada efek bahaya untuk penduduk setempat. Pada saat musim hujan, semburan lumpur putih tersebut akan menjadi lebih besar dan banyak. Kadang pas hujan ada bunyi seperti permainan anak-anak dari bambu atau dalam bahasa daerah disebut Poto,” jelasnya.

Kepala Desa Napan, Marselinus Siki, menambahkan, masyarakat lokal menyebut lumpur putih itu dengan sebutan Oe Poto (Air Yang meletup-letup). “Pemdes melihatnya ini sebagai potensi. Namun, Potensi ini hanya sebagai potensi wisata. Untuk potensi yang lain belum kami temukan karena kami belum tahu apa kandungan dari lumpur ini. Meskipun di Youtube yang kami search banyak potensi mineral dari lumpur ini,” jelasnya.

“Rencana ke depan kita tata dia agar lebih menarik lagi sehingga menjadi tempat wisata. Namun kami tidak memiliki keahlian tentang penataan tempat wisata. Maka kita perlu mendatang orang yang punya kemampuan. Kita hanya bisa menggunakan Dana Desa. Namun perlu diangkat sebagai usulan pada saat Musrenbangdus dan desa,” ujarnya.

Dikatakannya, menurut ceritera nenek moyang, lumpur tersebut tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. “Rasanya asin sehingga ternak sering berkumpul di sekelilingnya dan menjilat jilat lumpur yang sedang mengalir. Nah, dikhawatirkan bahwa di bawah kawahnya ada rongga. Tapi sejauh ini belum pernah terjadi longsor di Oepoto. Bahkan permukaan Oepoto makin keras karena luapan lahar Oepoto ini ketika kering daya lengketnya melebihi semen,” jelasnya.

Keadaan lumpur tersebut, kata Siki, pada saat hujan meletup lebih cepat. Kalau pada saat musim panas letupannya lambat dan bahkan tidak ada letupan sama sekali. “Kadang kami berpikir bahwa letupan Oepoto mengikuti gelombang air laut. Jadi rongga Oepoto ini rupanya sampai di dasar laut,” tutupnya. (rnc17)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *