Betun, RNC – Warga Desa Boen, Kecamatan Rinhat, Kabupaten Malaka, menemukan banyak persoalan yang ditinggalkan oleh mantan Kades Boen, Yohanes K. Tafuli, S.Pd. Persoalan tersebut yakni tidak ada satu pun inventaris desa dan mangkraknya pembangunan infrastruktur yang dikerjakan pada tahun 2013-2019.
Pantauan wartawan, Rabu (14/7/2021), di kantor desa tidak ada satu pun meja, kursi dan lemari dan sejumlah pembangunan infrastruktur memang belum selesai dikerjakan.
Penjabat Kepala Desa Boen, Yohanes Bani yang ditemui wartawan di Kantor Desa Boen mengeluhkan permasalahan ini. “Sejak dilantik sebulan yang lalu, tiap kali rapat warga masyarakat duduk di lantai saja karena kursi cuman satu dan hari ini baru ada tambahan enam kursi. Mau bagaimana, situasi dan kondisi sudah seperti ini jadi untuk sementara kita sesuaikan saja dan saya minta masyarakat bersabar. Saya sangat prihatin dengan kondisi ini,” ungkapnya.
Lanjut Yohanes, untuk pelayanan kebutuhan masyarakat terkait surat maupun pembuatan laporan dan lain-lain tidak bisa dilakukan karena tidak ada laptop dan printer. “Saya sudah berkoordinasi dengan mantan desa untuk segera antar laptop maupun printer tapi katanya rusak semua dan sudah diperbaiki atau belum, saya belum tahu,” tandasnya.
Yohanes mengatakan akan berkoordinasi dengan camat dan Kadis PMD untuk mendapatkan data, baik APBDes maupun LKPJ tahunan sejak kepemimpinan kades definitif periode 2013-2019, penjabat Kades Boen periode 2019-2020 maupun Plt. Kades Boen 2020-2021.
Warga Desa Boen, Benyamin Letuna membenarkan bahwa untuk pembangunan infrastruktur tahun anggaran 2013 sampai 2019 diduga bermasalah seperti lumbung adat dan rumah bantuan kepada masyarakat.
“Ada sekitar belasan lumbung adat yang belum selesai dikerjakan dari tahun 2017 sampai 2021. Buktinya ada,” kata Benyamin.
Menurutnya, ada beberapa proyek pembangunan lumbung adat maupun rumah bantuan tidak tuntas. “Kami tidak tahu apa-apa karena informasi dan sosialisasi anggaran kami tidak pernah ada dan kami tidak pernah dilibatkan. Kami hanya diberitahu dapat bantuan lalu kerja, soal nilai uang dan lain-lain kami tidak tahu,” ungkapnya lagi.
Martinus N. Tafuli, perintis dan sekaligus mantan Kepala Desa Boen ikut membenarkan terkait mangkraknya pembangunan lumbung adat dan rumah bantuan kepada masyarakat sejak masa kepemimpinan mantan kaepala desa Yohanes K. Tafuli. “Saya prihatin dengan mangkraknya pembangunan lumbung adat dan rumah-rumah masyarakat dan juga meminta pihak Inspektorat segera turun ke Boen untuk memeriksa secara khusus mantan kepala desa Boen,” tandasnya.
Mantan Kades Boen, Yohanes K. Tafuli dikonfirmasi secara terpisah melalui telepon mengatakan kursi, meja maupun lemari dokumen tidak ada karena anggaran tidak cukup. Alasannya dana desa hanya diperuntukkan untuk aparatur desa. “Sejak saya menjabat sebagai kepala desa Boen tidak pernah anggarkan untuk inventaris desa karena aparatur desa jumlahnya banyak jadi anggaranya tidak cukup,” ungkapnya.
Lebih lanjut, terkait pelayanan publik untuk masyarakat seperti surat menyurat akan segera didatangkan laptop dan printer desa yang sementara diperbaiki. “Laptop dan printer sementara rusak dan sedang diperbaiki di Kupang dan kalau sudah baik akan segera diantar ke kantor desa untuk pelayanan publik terkait surat menyurat oleh penjabat yang baru,” tandasnya.
Soal mangkraknya pembangunan lumbung adat maupun rumah, Yohanes K. Tafuli mengatakan ada 11 unit lumbung adat sudah selesai dikerjakan. Yang tidak selesai dikerjakan adalah bantuan pribadi. Ia juga mengatakan semuanya sudah diperiksa inspektorat maupun BPK. (rnc11)