oleh

Warga Manggarai Kesulitan Lewati Sungai Wae Reweng

Ruteng, RNC – Kondisi infrastruktur di Kabupaten Manggarai, Provinsi NTT, belum sepenuhnya bagus. Seperti infrastruktur jalan di Desa Latung, Kecamatan Cibal Barat. Selain jalan, salah satu sungai yang memotong ruas jalan, tidak memiliki jembatan penyeberangan yang memadai.

Pantauan RakyatNTT.com, Jumat (18/2/2022), kondisi jalan di wilayah utara Manggarai itu, cukup memprihatinkan. Kerusakan mulai nampak dari Kampung Latung, Suseng, Golo Mondo, Ledu Tonggong sampai di Sungai Wae Reweng. Bangunan jalan lapisan penetrasi (lapen), terlihat mulai rusak. Krikil dan material lapen, berhamburan di permukaan jalan.

Kondisi tersebut membuat kendaraan harus melintas dengan sangat pelan dan berhati – hati. Namun kondisi yang paling parah terlihat di Sungai Wae Reweng. Di sungai dengan lebar sekira 10 meter itu, belum ada jembatan memadai yang mempermudah penyeberangan. Jembatan penyeberangan hanya bangunan yang bentuknya seperti dekker.

Saat musim hujan seperti sekarang, debit air semakin tinggi. Sehingga, tekanan aliran air sungai pun semakin deras. Sementara terowongan atau lubang dekker jadi tersumbat karena diduga tertutup batu. Kondisi ini mempersulit para pengendara, ketika hendak menyeberang.

Kendaraan roda empat yang akan menyeberang, terlihat hati -hati. Sesekali sopir harus melihat keluar untuk memastikan mesin mobil tidak kandas. Karena di permukaan dekker ada batu – batu besar. Namun tidak terlihat langsung, karena tertutup air yang keruh.

Sementara untuk kendaraan roda dua jenis motor, nampak semakin sulit. Untuk menyeberang Sungai Wae Reweng, beberapa pengendara motor harus mematikan mesin. Selanjutnya, motor didorong sekurang – kurangnya empat orang. Seperti motor milik Robert, Warga asal Meda, Desa Golo Woi. Berangkat dari rumah, Robert bersama beberapa teman sudah berpakaian rapi.
Mereka hendak mengikuti pesta nikah di Kampung Pau, Desa Wae Renca. Namun, ketika sampai di Wae Reweng, Robert harus membuka sepatu, dan melepas celana panjangnya, sebelum menyeberang. Selain itu, ia harus menyeberangkan motornya dengan susah payah. Dibantu tiga temannya, motor Robert akhirnya bisa menyeberang. “Setengah mati pak,” kata Robert. Ia menjelaskan, saat tiba di Wae Reweng, mereka kaget karena debit air sangat tinggi. Kondisi itu membuat mereka harus menunggu lebih dari dua jam baru, bisa menyeberang.

Baca Juga:  DPRD Kabupaten Kupang Sentil Biaya SPPD, Ini Jawaban Sekwan

“Tadi kebetulan datang habis hujan, airnya deras jadi kami tidak bisa lewat. Air surut, baru kita coba. Andai jembatan bagus, mungkin tidak sulit begini,” imbuhnya. Dia dan beberapa temannya kemudian secara bergantian mendorong motor mereka. Karena airnya deras, satu motor harus didorong empat orang.

Kesulitan Robert dan kawan – kawan saat menyeberangi sungai, disaksikan langsung anggota DPRD Manggarai, Yoakim Y. Jehati. Saat itu, Yoakim hendak mengunjungi konstituen di Kolong, Desa Wae Renca. “Kondisi ini harus masuk dalam perencanaan jembatan oleh pemerintah. Persoalan ini sudah terjadi dari tahun ke tahun,” kata Yoakim.

Padahal jalan itu, lanjut Yoakim, merupakan jalur dengan tingkat mobilitas kendaraan yang cukup tinggi. Sebab, selain jalur penghubung antara Desa Latung dan Wae Renca. Jalur itu merupakan akses masyarakat wilayah Cibal Barat, jika hendak menuju ke Kota Reo.

Selain itu, jalan ini juga bisa jadi alternatif, apabila jalan utama Ruteng – Reo di wilayah Cibal, putus atau Longsor. Ketua DPD Partai Golkar itu mengatakan, dia sangat prihatin melihat warga yang kesulitan menyeberangi sungai itu. “Saya akan sampaikan ini kepada dinas terkait. Tidak bisa tidak, jembatan ini harus dianggarkan. Kalau tidak tahun ini, maka harus tahun depan. Dan tidak hanya sebatas penyampaian, kita akan kawal,” tegas Yoakim. (rnc23)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *