Betun, RNC – Saling klaim kemenangan di Pilkada Malaka akhirnya terjawab. Meski belum diumumkan secara resmi oleh KPU, namun berdasarkan hasil pleno PPK di 12 kecamatan, pasangan Simon Nahak-Kim Taolin (SN-KT) dinyatakan unggul atas pasangan incumbent Stef Bria Seran-Wandelinus Taolin (SBS-WT).
Setelah dinyatakan kalah berdasarkan pleno KPU Malaka pada Rabu (16/12/2020), pasangan calon (Paslon) nomor urut 2, Stef Bria Seran– Wendelinus Taolin (SBS-WT) tak terima kekalahan akhirnya menggugat KPU Malaka ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Gugatan tersebut didaftarkan oleh kuasa hukum SBS-WT, Yafet Yosafet Wilben Rissy dkk pada Jumat (18/12/20) pukul 12.44 WIB dengan Akta Pengajuan Permohonan Pemohon (AP3) bernomor:25/PAN/.MK/AP3/12/2020.
Namun fakta lain terungkap, tim sukses petahana (SBS-WT) sendiri telah menjadi tersangka, yakni atas nama Yan Bria, yang melakukan money politic, yang dibuktikan dalam penyidikan Gakkumdu Bawasalu Malaka.
Pengamat politik asal Malaka, Dr. Stanis Klau, S.Sos, M.I.Kom yang dimintai komentarnya, mengatakan semua pihak mesti jujur pada diri sendiri dan jujur pada renu (rakyat) Malaka.
BACA JUGA: Empat Paslon di Pilkada NTT Resmi Gugat KPU ke MK
“Seharusnya SBS-WT sebagai paslon incumbent, bertanyalah dan jawablah sendiri. Mengapa kalah? Mengapa dia menang? Yakin ada jawabannya. Meski itu hanya dalam hati. Jika jujur,” kata Dr. Stanis.
Ia mengatakan apa yang dikhtiarkan oleh KPU dan Bawaslu Malaka untuk menyukseskan pesta demokrasi Malaka 9 Desember sudah mendekati sempurna kalau tidak mau dibilang sempurna. Lihat saja beberapa daerah lain, dinamikanya sama, meski Malaka nampak jauh lebih atraktif.
“Wajar karena Malaka menampilkan dua paslon head to head, sehingga jauh lebih seru. Namun demikian, hasilnya luar biasa. Renu (Rakyat red) Malaka menikmatinya,” kata Stanis.
Ia mengatakan, masyarakat tebe (pesta) di mana-mana tanpa kenal lelah. Oleh karena itu, berangsur tapi pasti dua kubu mulai kembali mesra setelah terpisahkan oleh haru biru Pilkada. “Karena masyarakat Malaka tahu betul bahwa Malaka semuanya satu dan keluarga. Lia lahan (hajatan hidup dan kematian) pasti kumpul tidak mungkin bermusuhan terus. Ida nia liau-liu onan. Ita ema renu ne masuh malu et ita dadi sa (Urusan itu lewat ya sudah. Kita masyarakat kecil bermusihan terus kita mau jadi apa?),” katanya.
Menurutnya, masyarakat Malaka pesta terus, artinya mereka happy dengan hasil Pilkada 9 Desember. “Jadi, kalau ada pihak yang merasa Pilkada 9 Desember unfair itu perlu dicurigai. Apa orientasi politiknya? Apakah untuk pribadi atau untuk kepentingan Malaka? Sehingga bagi saya, 9 Desember adalah kejujuran,” ujarnya.
(rnc11)